Minggu, 03 Januari 2010

SINOPSIS: Daerah Salju

AHMAD FATONI

Judul : Daerah Salju
Karya : Kawabata Yasunari
Penerbit : Pustaka Jaya


Roman Daerah Salju karya Kawabata Yasunari ini pernah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Salah satunya adalah bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Matsuoka Kunio dan Ajib Rosidi. Dalam roman ini melukiskan hubungan antara seorang laki-laki Tokyo dengan seorang wanita yang dikunjunginya di daerah salju. Daerah salju ini terletak di bagian utara pulau Honshu di tepi laut Jepang yang dalam musim dingin tertutup salju karena berlainan dengan di Pantai Pasifik yang hangat, pantai tersebut selalu diterjang angina dingin dari daratan Asia.
Mengisahkan laki-laki satengah baya yang bernama Shimamura yang hidup dengan mengandalkan harta warisan dari orangtuanya. Sehingga Shimamura tidak mempunyai pekerjaan yang mengikat dengan demikian ia dapat bebas melakukan kegemaran-kegemarannya, yaitu mendaki gunung dan menulis tarian Barat yang belum pernah dilihatnya. Shimamura menulis tarian Barat berdasarkan tulisan, foto dan khayalan sendiri. Shimamura telah berkeluarga sehingga hubungan dengan wanita lain tidaklah mungkin akan meningkat menjadi ikatan resmi. Komako, seorang wanita yang ditemuinya di sebuah perkampungan pemandian mata air panas setelah seminggu di pegunungan. Dan Yoko, seorang juru rawat ketika berada di Tokyo tetapi setelah pulang ke kampung asalnya dia membantu disebuah penginapan. Yoko hidup berdua dengan adiknya dan adiknya bekerja di stasiun sehingga dia jarang bertemu dengan adiknya.
Liburan musim dingin, Shimamura melakukan wisata ke suatu daerah. Dalam perjalanan kereta api pada hari senja kunjungan yang kedua, Shimamura mengalami hal yang yang luar biasa. Dia melihat wajah seorang gadis yang bernama Yoko pada kaca jendela kereta api. Sementara itu pemandangan di luar mengalir di belakangnya terlebih-lebih ketika ada api menyala di tengah-tengah wajah Yoko. Pengalaman itu sangat mendalam menggaris dalam kenangan dan pikiran Shimamura, sehingga ia sering teringat padanya. Di dalam kereta tersebut Yoko dengan sabar merawat seorang laki-laki yang bernama Yukio yang sedang sakit. Yoko merawat Yukio sejak di Tokyo dan kini mereka pulang ke kampung halaman ibu Yukio. Dalam perjalanan itu, Shimamura hanya membayangkan Yoko saja dan hatinya merasa tentram hanya melihat gadis itu. Perjalanan yang jauh tidak terasa bagi Shimamura karena ada gadis tersebut. Tetapi Yoko tidak sadar diperhatikan seperti itu oleh Shimamura. Perhatiannya hanya dicurahkan kepada Yukio dan walaupun ia berpaling ke arah Shimamura mungkin ia tidak menaruh suatu perhatian kepada laki-laki yang memandang ke luar karena tidaklah kelihatan olehnya bayangan dirinya yang terpantul pada kaca jendela. Shimamura lupa bahwa dia berbuat tidak wajar kepada Yoko walaupun ia sudah lama mencuri melihat wajahnya, mungkin ia terjebak oleh kekuatan tidak nyata dari cermin yang memantulkan pemandangan senja.
Ketika melawati tempat sinyal, jendela kereta sudah diliputi gelap malam. Ketika lenyap aliran pemandangan di sebelah sana, hilang juga daya pesona cermin itu. masih terpantul wajah Yoko yang cantik dan Shimamura menemukan sesuatu yang dingin dan jernih pada gadis itu walaupun gerak-geriknya ramah dan hangat. Jadi ia tidak mencoba menyapu cermin yang mulai redup beruap. Kira-kira setengah jam kemudian Yoko bersama dengan kawannya turun dari stasiun yang sama dengan Shimamura. Laki-laki itu terus mengamati Yoko. Ketika Yukio akan turun ke rel sambil berpegang pada bahu Yoko, tetapi seorang pegawai stasiun melarang dengan mengangkat tangan dari seberang. Di stasiun, Shimamura dijemput oleh kepala pelayan rumah penginapan. Kepala pelayan tersebut berpakaian sangat tebal karena di sana sedang datang musim dingin dan Shimamura kaget dengan pakaian tersebut karena baru pertama kali ia datang di daerah salju pada musim dingin.
Seorng wanita yang berdiri di ruang tunggu sambil memandang ke arah rel melalui jendela memakai mantel berwarna biru dan mengenakan udung kepala mantelnya. Wanita tersebut adalah Yoko yang menjemput anak guru tarinya. Orang sakit yang dirawat oleh Yoko adalah anak laki-laki di rumah wanita yang akan ditemui Shimamura. Sesampai di penginapan, shimamura ingin dipanggilkan wanita tersebut dan kepala pelayan berjanji akan memanggilnya. Setelah ia selesai mandi, wanita itu sudah berdiri di ujung gang yang panjang dengan ujung kimononya terhampar di atas lantai papan. Ia merasa kaget melihat ujung kimono itu karena tidak mengira akhirnya gadis itu menjadi geisha. Wanita itu tersenyum dengan muka berbedak tebal dan mereka berdua berjalan ke arah kamarnya tanpa berkata apa pun. Suatu malam Shimamura ingin dipanggilkan geisha, tetapi pada hari itu kebetulan diselenggarakan pesta perayaan selesainya pembangunan jalan yang begitu meriah, walaupun ada dua belas atau tiga belas orang geisha tapi masih kurang. Jadi mungkin tidak seorang pun dapat memnuhi panggilan Shimamura. Ketika Shimamura bertanya kembali ia mendapat jawaban bahwa gadis yang tinggal di rumah guru tari tidak bisa disebut geisha tetapi kadang-kadang dimainta membantu perjamuan besar dan dia jarang melayani tamu-tamu di penginapan.
Ketika wanita itu datang dibwa oleh pelayan wanita, ia gak kaget. Kesan tentang wanita itu sangat besih sehingga menimbulkan perasan ganjil. Wanita tersebut bercerita tentang asal usulnya dan Shimamura mendengarkan ceritanya. Keesokan harinya wanita itu datang bermain ke kamarnya. Dia tidak mau datang lagi sehingga dia memperkenalkan temannya utuk menggantikan dia. Suatu hari ketika Shimamura berjalan ke gunung tiba-tiba didatangi seorang wanita. Wanita itu menyapa Shimamura. Dan mereka asyik berbicara, bercerita tentang keindahan alam ini. Ketika diketahuinya bahwa sejak semula ia memang menginginkan wanita itu tetapi Shimamura kesal terhadap dirinya sendiri, sedangkan wanita itu dilihatnya semakin cantik. Malam hari, wanita tersebut datang ke kamar Shimamura, ia terjatuh di atas meja karena mabuk. Suara hujan di luar tiba-tiba menjadi deras. Wanita itu ingin pulang, tapi Shimamura mencegah karena hujan dan menyarankan agar pulang besok sebelum fajar menyingsing. Sedangkan penginapan itu terletak di atas bukit mesti menempuh jalan curam. Akhirnya wanita itu tidur di penginapan.
Setiap hari wanita itu datang ke penginapan dan pada malam hari datang dengan keadaan mabuk. Dia mulai bercerita keadaannya yang senang menulis catatan harian. Shimamura terkejut ketika dia bercerita mengenai catatan harian ialah kenyataan bahwa wanita itu mencatat semua roman yang dibacanya sejak berumur lima belas atau enam belas tahun. Setelah beberapa lama bahwa wanita itu bernama Komako. Komako tinggal disebuah rumah bekas memelihara ulat sutera. Shimamura datang ke rumah Komako, ternyata disana tinggal laki-laki yang dulu pernah ditemui di kereta. Shimamura mulai tertatik kepada Komako. Hari-hari Komako dihabiskan dengan Shimamura. Komako seorang wanita yang pandai menari, memainkan alat musik, dan bernyanyi. Dia menjadi geisha untuk biaya rumah sakit laki-laki itu. banyak yang mengira Komako telah bertunangan dengan laki-laki itu.
Suatu malam, Shimamura akan pulang dan berjanji akan kembali lagi pada musim berikutnya. Shimamura diantar oleh Komako di stasiun dan mereka sama-sama merasa kehilangan. Tiba-tiba datang Yoko, Shimamura kaget melihat dia. Yoko datang untuk memberi tahu kalau keadaan gawat. Tetapi Komako bersikukuh tidak mau pulang dan ingin melepas kepergian Shimamura.
Musim berikutnya Shimamura datang lagi ke tempat yang dulu. Shimamura bertemu lagi dengan Komako. Tetapi Shimamura datang terlambat, karena dia berjanji akan datang pada tangal empat belas Pebruari. Pada tanggal itu ada perayaan mengusir burung. Shimamura sangat meyesal dan merasa berdosa karena tidak menepati janji. Hubungan mereka berdua sudah diketahui banyak orang. Komako sekarang menjadi seorang geisha yang sangat sibuk, dia mendapat kontrak kerja selama empat tahun. Tempat tinggalnya sangat sederhana. Karena dia tinggal dengan menumpang sebuah keluarga. Dalam satu malam saja dia bisa mengikuti pejamuan lebih dari lima kali. Uang yang diperoleh dia tabung. Yukio telah meninggal dunia. Sekarang Yoko sudah tidak bekerja seperti dulu lagi. Hubungan Komako dan Yoko tidak baik. Mereka terlihat bermusuhan dan saling mengejek.
Hubungan Komako dengan laki-laki anak guru tari itu tidak jelas. Menurut tukang pijit, mereka bertunangan tetapi Komako sendiri membantah hal itu. Namun demikian jelas bahwa Komako kemudian bekerja menjadi geisha agar memperoleh uang untuk biaya pengobatan. Juga hubungan Yoko dengan Yukio, gadis yang merawatnya dalam kereta api, tidak jelas. Mungkin Yoko mencintainya, seperti nampak dari caranya merawat layaknya seorang istri terhadap suaminya dan dari kenyataan bahwa setelah Yukio meninggal setiap hari Yoko menziarahi makamnya, sementara Komako tidak pernah mau menziarahi makam Yukio.
Suatu malam ketika Shimamura dan Komako baru datang dari suatu tempat. Melihat ada kebakaran di daerah atas. Menurut orang-orang sekitar yang terbakar adalah gudang kepompong ulat sutera. Dan Komako ingat bahwa tempat itu digunakan untuk memutar film dan sekarang banyak orang. Keduanya naik tangga batu karena kedengaran orang ribet di atas. Para korban diselamatkan beramai-ramai. Mereka dilemparkan dari tingkat dua beramai-ramai. Apinya berasal dari film.
Supaya bisa dipakai sebagai gedung sandiwara, di gudang kepompong itu terpasang tempat duduk yang sederhana di tingkat dua. Walaupun disebut tngkat dua tetapi sebenarnya rendah. Karena itu lamanya dia terjatuh dari tingkat dua sampai ke tanah hanya sekejap saja. Para petugas datang dengan membawa pompa air untuk memadamkan api. Tiba-tiba ada wanita jatuh dari tingkat dua. Dan wanita itu adalah Yoko. Shimamura dan Komako menjerit ketika tahu keadaan Yoko. Komako mengangkat Yoko pada dadanya. Di bawah wajahnya yang penuh ketegangan terlukai muka Yoko yang hampa seakan-akan sudah menemui ajal. Komako memeluk Yoko. Orang-orang meyibak dan megeluarkan suara, lalu berbondong-bondong mengelilingi kedua wanita itu. Komako menjerit. Ia mencoba menahan Yoko ketika lelaki-lelaki akan mengambil Yoko.












ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA


Nilai-nilai Sosial
1. Sikap tulus ikhlas perawat kepada majikannya
Hal itu dtunjukkan oleh Yoko karena dengan sepenuh hati merawat Yukio ketika dalam perjalanan kereta api menuju kampung halaman ibunya. Sebagai perawat seharusnya bersikap seperti itu, karena itu bukti pengabdian terhadap majikan.
Hal ini ditunjukkan pada
“Perhatiannya hanya dicurahkan kepada si sakit dan walaupun ia berpaling ke arah Shimamura mungkin ia tidak menaruh sesuatu perhatian kepada laki-laki yang memandang ke luar karena tidaklah kelihatan olehnya bayangan dirinya terpantul pada kaca jendela.” (27)
2. Sikap yang mudah menghargai dan menyesuaikan diri dengan daerah yang didatangi
Hal itu dtunjukkan oleh Shimamura ketika setiap kali datang ke tempat yang baru dia datangi dia mudah mneyesuaikan dengan sifat penduduk sekitar.
“mungkin karena itulah ia mempunyai naluri yang peka terhadap sifat penduduk daerah yang dikunjunginya….”(46)
3. Sikap saling membantu dan tolong-menolong
Sikap tersebut banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Memang sudah seharusnya kita saling membantu antar sesama.
Hal itu ditunjukkan pada
“Seorang wanita yang pulang mandi menengadah ke arah laki-laki yang sedang membuang salju dari atas atap dan berkata: Tolong buang juga salju kami,” lalu ia menyapu dahi dengan handuk yang basah seakan matanya tersilau.”(71)
Sikap yang ditunjukkan Komako ketika dia membantu untuk biaya rumah sakit Yukio anak guru tarinya.
“Karena laki-laki itu sakit di Tokyo, anak perempuan yang bernama Komako itu menjadi geisha dalam musim panas ini mengirimkan biaya untuk rumah sakit, tapi bagaimana akibatnya, ya.”(83)
“Walaupun mereka tidak bertunangan, namun ia menjadi geisha untuk menolong biaya perawatannya, jadi betul hal itu memang sungguh-sungguh.”(151)

Sikap yang lainnya ditunjukkan Yoko ketika dia mengantarkan pakaian untuk salin kepada Komako.
“Bagaimana perasaan Yoko yang ada pada pagi hari seperti itu membawakan pakaian untuk salin buat Komako…”(92)

4. Sikap menepati janji dan rela berkorban terhadap seseorang
Sikap rela berkorban terhadap seseorang merupakan sikap yang baik. Dan menepati janji sangat sulit untuk dilakukan tetapi Komako berusaha menepati janji dan rela berkorban. Hal itu dia lakukan demi Yukio.
Hal itu ditunjukkan pada
“Bahwa Komako tetap menepati janji dengan tunangannya itu dan sampai menjual diri untuk mengobatinya bukanlah semuanya itu sia-sia belaka.”(84)
5. Sikap membalas budi baik yang pernah dilakukan
Sikap tersebut dilakukan olek Yukio kepada Komako ketika dia membantu Komako ketika berada di Tokyo.
Hal itu ditunjukkan pada
“Ketika saya dijual ke Tokyo, dia seorang diri saja yang mengantarkan saya.”(92)
6. Sikap saling memberi kabar
Ini dilakukan oleh Yoko kepada Komako ketika Yukio sedang sakit parah. Yoko menyuruh Komako pulang dan melihat keadaan Yukio.
Hal ini ditunjukkan pada
“Aaaa! Koma-chan! Yukio-san, Koma-chan! teriak Yoko terengah-engah dan berkata sambil memegang bahu Komako seperti seorang anak yang baru terlepas dari bahaya merangkul ibunya. Cepat pulang! Keadaan gawat. Cepat pulang”(108)
7. Sikap saling menghormati dan menghargai
Hai ini ditunjukkan ketika pemilik rumah penginapan menawarkan sebuah bakpau dan menawarkan kepada Shimamura.
Seperti:
“Bagaimana kalau Tuan coba ini. Sebuah? Silakan, karena ini upacara selamatan pengunduran diri seorang geisha.”(120)
Sikap saling menghargai ditunjukkan Komako terhadap istri Shimamura, ia tidak mau melukai hatinya hanya karena surat kepada Shimamura.
Hal itu ditunjukkan pada
“Tidak mau hanya membuat nelangsa.saya tidak mau tulis surat yang mungkin dibaca juga oleh istrimu.”(130)
8. Rasa kasihan terhadap bencana
Hal ini ditunjukkan oleh Shimamura setelah melihat peristiwa kebakaran yang dialami oleh Yoko. Shimamura merasa sedih melihat kejadian tersebut.
“Shimamura berdebar lagi teringat akan saat ia melihat api menyala di tengah wajah Yoko di dalam kereta api ketika dia dalam perjalanan untuk menemui Komako di tempat pemandian mata air panas ini beberapa tahun yang lalu. Seolah terbayang sekejap mata masa yang telah dihabiskannya bersama Komako. Di sini pun terdapat kesedihan dan kesakitan yang memedihkan.”(218)

Nilai-nilai Budaya
1. Budaya memakai baju kimono
Baju kimono merupakan pakaian sehari-hari rakyat Tokyo, dalam setiap acara mereka selalu menggunakannya. Tetapi kimono yang digunakan berbeda-beda tergantung kepada acaranya.
Hal itu terdapat pada
“Kepala stasiun, yang mengenakan mantel di atas kimononya, mau cepat mengakhiri percakapan sambil berdiri dalam dingin itu.”(21)
Kimono yang digunakan untuk perjamuan, seperti
“Wanita itu bangkit sambil memegang ujung kimononya. Ia mengenakan montsuki yang hitam.”(119)
Kimono yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari.
“Keesokan paginya ketika terjaga ternyata Komako sudah duduk tegak di depan meja mambaca buku. Haori yang dikenakannya pakaian sehari-hari terbuat dari sutera.”(144)
2. Perayaan mengusir burung
Hal itu merupakan salah satu budaya yang masih dpertahankan oleh rakyat Tokyo.
“Pada tanggal empat belas Pebruari ada perayaan Mengusir Burung. Semacam acara tahunan anak-anak yang cocok untuk daerah salju.”(123)
3. Bentuk rumah masyarakat Tokyo
Masyarakat Tokyo memiliki adapt rumah yang modelnya masih kuno.
“Banyak rumah yang modelnya sudah kuno, mungkin dibangun pada masa Daimyo sering lewat di situ.”(140)
4. Budaya mengandam rambut
Para geisha di Jepang sudah terbiasa mengandam rambut.
“Saya mau mengandam rambut, kata Komako kepada Yoko, lalu berjalan di pematang menuju kampung.”(154)
5. Budaya minum sake
Kebiasaan rakyat Jepang yaitu minum sake. Hal ini karena udara di sana yang dingin sehingga untuk menghangatkannya mereka minum sake.
“Pakaiannku empat rangkap. Kalau dingin, yang muda-muda cukup minum sake saja. Mereka bergeletakan di sana masuk angina.”(20)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda