Minggu, 03 Januari 2010

HOMESCHOOLING SEBUAH TEROBOSAN PENDIDIKAN YANG MENARIK

Oleh : Ahmad Fatoni*
Banyaknya orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong mereka mendidik anaknya di rumah. Model sekolah formal yang berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah) bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral) jadi alasan utamanya. Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau malah membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak didik kurang diperhatikan.
Banyak orang tua merasa tidak puas pada pendidikan di sekolah formal. Kurikulum selalu berubah, akibatnya buku pelajaran juga ikut berubah, dan beban muatan pelajaran cukup berat. Semua itu membuat orangtua mempertimbangkan kembali untuk menyekolahkan anaknya. Mereka melihat, belajar tidak menjadi sesuatu yang menyenangkan lagi bagi anak-anaknya.
Contohnya, anak tidak terlalu menyukai matematika. Namun, program pengajaran di sekolah mengharuskan ia belajar matematika dalam waktu yang lebih banyak dan lebih berat. Di sisi lain, bakat seni sang anak lebih menonjol. Sayang, porsi mata pelajaran untuk seni hanya sedikit. Hal semacam itu dirasakan orangtua tidak bisa mengembangkan potensi anak. Alasan lain yang menjadi pertimbangan orangtua adalah pergaulan di sekolah yang memberi dampak buruk. Salah satu fakta itu, penyalahgunaan obat terlarang yang sudah menyusup di kalangan pelajar.
Dari semua ketidakpuasan itulah memicu orangtua memilih mendidik anak-anaknya di rumah. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.
Setiap orangtua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Hal inilah yang tidak ditemukan para orangtua di sekolah umum. Oleh karena itu muncullah ide orangtua untuk mendidik anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (homeschooling) atau dikenal juga dengan istilah sekolah mandiri, atau home education atau home based learning.
Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia. Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal baru. Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah di rumah, sampai harus ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar tentang homeschooling. Dia ingin benar-benar mantap, baru mengambil keputusan. “Kebetulan waktu itu kondisi ekonomi sedang krisis sehingga kami banyak di rumah. Eh, ternyata enak ya belajar bersama di rumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak di rumah tahun 2000 (Kompas, 13/3/2005).
Pengertian umum homeschooling adalah sebuah model pendidikan dimana keluarga bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar.
Lingkungan terdekat anak dan tempat belajar yang paling baik untuk anak adalah rumah. Di rumah anak dapat belajar selaras dengan keinginannya. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi, tidak perlu harus bersaing dengan anak-anak lain, tidak perlu harus ketakutan menjawab salah di depan kelas, dan bisa langsung mendapatkan penghargaan atau pembetulan. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting, selain tugas utama sebagai pengatur rumah tangga dan pendidik anak
Homeschooling / Sekolah Reguler
Pada hakekatnya, baik homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sebuah sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Namun homeschooling dan sekolah umum memiliki perbedaan. Pada sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orang tua kepada guru dan pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada di tangan orang tua.
Sistem di sekolah terstandardisasi untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum, sementara sistem pada homeschooling disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pada sekolah, jadwal belajar telah ditentukan dan keseragaman pakaian untuk seluruh siswa. Pada homeschooling jadwal belajar fleksibel, tergantung pada kesepakatan antara anak dan orang tua.
Pengelolaan di sekolah terpusat, seperti pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar. Pengelolaan pada homeschooling tergantung dari keinginan keluarga homeschooling. Kurikulum dan materi ajar dipilih dan ditentukan oleh orang tua.
Karena ada perbedaan antara sekolah formal dan sekolah di rumah, penting bagi orang tua untuk bersikap tegas dalam menekankan pentingnya bersekolah. Anak perlu diberi pemahaman bahwa sekolah formal atau di rumah, anak tetap mendapat pelajaran yang sama. Jangan khawatir kalau anak yang bersekolah di rumah tidak bisa bersaing dengan temannya yang bersekolah formal. Pintar dan tidak pintar merupakan pernyataan normatif.
Diharapkan dengan adanya peran aktif orang tua dalam pendidikan anaknya, dapat menciptakan generasi yang bukan hanya cerdas dan kreatif dari sisi intelektual saja namun juga memiliki kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi sehingga pemuda bukan hanya bekerja dengan pikirannya namun juga dengan hati dan keimanannya.
AHMAD FATONI
Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda