Minggu, 03 Januari 2010

SINOPSIS: Daerah Salju

AHMAD FATONI

Judul : Daerah Salju
Karya : Kawabata Yasunari
Penerbit : Pustaka Jaya


Roman Daerah Salju karya Kawabata Yasunari ini pernah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Salah satunya adalah bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Matsuoka Kunio dan Ajib Rosidi. Dalam roman ini melukiskan hubungan antara seorang laki-laki Tokyo dengan seorang wanita yang dikunjunginya di daerah salju. Daerah salju ini terletak di bagian utara pulau Honshu di tepi laut Jepang yang dalam musim dingin tertutup salju karena berlainan dengan di Pantai Pasifik yang hangat, pantai tersebut selalu diterjang angina dingin dari daratan Asia.
Mengisahkan laki-laki satengah baya yang bernama Shimamura yang hidup dengan mengandalkan harta warisan dari orangtuanya. Sehingga Shimamura tidak mempunyai pekerjaan yang mengikat dengan demikian ia dapat bebas melakukan kegemaran-kegemarannya, yaitu mendaki gunung dan menulis tarian Barat yang belum pernah dilihatnya. Shimamura menulis tarian Barat berdasarkan tulisan, foto dan khayalan sendiri. Shimamura telah berkeluarga sehingga hubungan dengan wanita lain tidaklah mungkin akan meningkat menjadi ikatan resmi. Komako, seorang wanita yang ditemuinya di sebuah perkampungan pemandian mata air panas setelah seminggu di pegunungan. Dan Yoko, seorang juru rawat ketika berada di Tokyo tetapi setelah pulang ke kampung asalnya dia membantu disebuah penginapan. Yoko hidup berdua dengan adiknya dan adiknya bekerja di stasiun sehingga dia jarang bertemu dengan adiknya.
Liburan musim dingin, Shimamura melakukan wisata ke suatu daerah. Dalam perjalanan kereta api pada hari senja kunjungan yang kedua, Shimamura mengalami hal yang yang luar biasa. Dia melihat wajah seorang gadis yang bernama Yoko pada kaca jendela kereta api. Sementara itu pemandangan di luar mengalir di belakangnya terlebih-lebih ketika ada api menyala di tengah-tengah wajah Yoko. Pengalaman itu sangat mendalam menggaris dalam kenangan dan pikiran Shimamura, sehingga ia sering teringat padanya. Di dalam kereta tersebut Yoko dengan sabar merawat seorang laki-laki yang bernama Yukio yang sedang sakit. Yoko merawat Yukio sejak di Tokyo dan kini mereka pulang ke kampung halaman ibu Yukio. Dalam perjalanan itu, Shimamura hanya membayangkan Yoko saja dan hatinya merasa tentram hanya melihat gadis itu. Perjalanan yang jauh tidak terasa bagi Shimamura karena ada gadis tersebut. Tetapi Yoko tidak sadar diperhatikan seperti itu oleh Shimamura. Perhatiannya hanya dicurahkan kepada Yukio dan walaupun ia berpaling ke arah Shimamura mungkin ia tidak menaruh suatu perhatian kepada laki-laki yang memandang ke luar karena tidaklah kelihatan olehnya bayangan dirinya yang terpantul pada kaca jendela. Shimamura lupa bahwa dia berbuat tidak wajar kepada Yoko walaupun ia sudah lama mencuri melihat wajahnya, mungkin ia terjebak oleh kekuatan tidak nyata dari cermin yang memantulkan pemandangan senja.
Ketika melawati tempat sinyal, jendela kereta sudah diliputi gelap malam. Ketika lenyap aliran pemandangan di sebelah sana, hilang juga daya pesona cermin itu. masih terpantul wajah Yoko yang cantik dan Shimamura menemukan sesuatu yang dingin dan jernih pada gadis itu walaupun gerak-geriknya ramah dan hangat. Jadi ia tidak mencoba menyapu cermin yang mulai redup beruap. Kira-kira setengah jam kemudian Yoko bersama dengan kawannya turun dari stasiun yang sama dengan Shimamura. Laki-laki itu terus mengamati Yoko. Ketika Yukio akan turun ke rel sambil berpegang pada bahu Yoko, tetapi seorang pegawai stasiun melarang dengan mengangkat tangan dari seberang. Di stasiun, Shimamura dijemput oleh kepala pelayan rumah penginapan. Kepala pelayan tersebut berpakaian sangat tebal karena di sana sedang datang musim dingin dan Shimamura kaget dengan pakaian tersebut karena baru pertama kali ia datang di daerah salju pada musim dingin.
Seorng wanita yang berdiri di ruang tunggu sambil memandang ke arah rel melalui jendela memakai mantel berwarna biru dan mengenakan udung kepala mantelnya. Wanita tersebut adalah Yoko yang menjemput anak guru tarinya. Orang sakit yang dirawat oleh Yoko adalah anak laki-laki di rumah wanita yang akan ditemui Shimamura. Sesampai di penginapan, shimamura ingin dipanggilkan wanita tersebut dan kepala pelayan berjanji akan memanggilnya. Setelah ia selesai mandi, wanita itu sudah berdiri di ujung gang yang panjang dengan ujung kimononya terhampar di atas lantai papan. Ia merasa kaget melihat ujung kimono itu karena tidak mengira akhirnya gadis itu menjadi geisha. Wanita itu tersenyum dengan muka berbedak tebal dan mereka berdua berjalan ke arah kamarnya tanpa berkata apa pun. Suatu malam Shimamura ingin dipanggilkan geisha, tetapi pada hari itu kebetulan diselenggarakan pesta perayaan selesainya pembangunan jalan yang begitu meriah, walaupun ada dua belas atau tiga belas orang geisha tapi masih kurang. Jadi mungkin tidak seorang pun dapat memnuhi panggilan Shimamura. Ketika Shimamura bertanya kembali ia mendapat jawaban bahwa gadis yang tinggal di rumah guru tari tidak bisa disebut geisha tetapi kadang-kadang dimainta membantu perjamuan besar dan dia jarang melayani tamu-tamu di penginapan.
Ketika wanita itu datang dibwa oleh pelayan wanita, ia gak kaget. Kesan tentang wanita itu sangat besih sehingga menimbulkan perasan ganjil. Wanita tersebut bercerita tentang asal usulnya dan Shimamura mendengarkan ceritanya. Keesokan harinya wanita itu datang bermain ke kamarnya. Dia tidak mau datang lagi sehingga dia memperkenalkan temannya utuk menggantikan dia. Suatu hari ketika Shimamura berjalan ke gunung tiba-tiba didatangi seorang wanita. Wanita itu menyapa Shimamura. Dan mereka asyik berbicara, bercerita tentang keindahan alam ini. Ketika diketahuinya bahwa sejak semula ia memang menginginkan wanita itu tetapi Shimamura kesal terhadap dirinya sendiri, sedangkan wanita itu dilihatnya semakin cantik. Malam hari, wanita tersebut datang ke kamar Shimamura, ia terjatuh di atas meja karena mabuk. Suara hujan di luar tiba-tiba menjadi deras. Wanita itu ingin pulang, tapi Shimamura mencegah karena hujan dan menyarankan agar pulang besok sebelum fajar menyingsing. Sedangkan penginapan itu terletak di atas bukit mesti menempuh jalan curam. Akhirnya wanita itu tidur di penginapan.
Setiap hari wanita itu datang ke penginapan dan pada malam hari datang dengan keadaan mabuk. Dia mulai bercerita keadaannya yang senang menulis catatan harian. Shimamura terkejut ketika dia bercerita mengenai catatan harian ialah kenyataan bahwa wanita itu mencatat semua roman yang dibacanya sejak berumur lima belas atau enam belas tahun. Setelah beberapa lama bahwa wanita itu bernama Komako. Komako tinggal disebuah rumah bekas memelihara ulat sutera. Shimamura datang ke rumah Komako, ternyata disana tinggal laki-laki yang dulu pernah ditemui di kereta. Shimamura mulai tertatik kepada Komako. Hari-hari Komako dihabiskan dengan Shimamura. Komako seorang wanita yang pandai menari, memainkan alat musik, dan bernyanyi. Dia menjadi geisha untuk biaya rumah sakit laki-laki itu. banyak yang mengira Komako telah bertunangan dengan laki-laki itu.
Suatu malam, Shimamura akan pulang dan berjanji akan kembali lagi pada musim berikutnya. Shimamura diantar oleh Komako di stasiun dan mereka sama-sama merasa kehilangan. Tiba-tiba datang Yoko, Shimamura kaget melihat dia. Yoko datang untuk memberi tahu kalau keadaan gawat. Tetapi Komako bersikukuh tidak mau pulang dan ingin melepas kepergian Shimamura.
Musim berikutnya Shimamura datang lagi ke tempat yang dulu. Shimamura bertemu lagi dengan Komako. Tetapi Shimamura datang terlambat, karena dia berjanji akan datang pada tangal empat belas Pebruari. Pada tanggal itu ada perayaan mengusir burung. Shimamura sangat meyesal dan merasa berdosa karena tidak menepati janji. Hubungan mereka berdua sudah diketahui banyak orang. Komako sekarang menjadi seorang geisha yang sangat sibuk, dia mendapat kontrak kerja selama empat tahun. Tempat tinggalnya sangat sederhana. Karena dia tinggal dengan menumpang sebuah keluarga. Dalam satu malam saja dia bisa mengikuti pejamuan lebih dari lima kali. Uang yang diperoleh dia tabung. Yukio telah meninggal dunia. Sekarang Yoko sudah tidak bekerja seperti dulu lagi. Hubungan Komako dan Yoko tidak baik. Mereka terlihat bermusuhan dan saling mengejek.
Hubungan Komako dengan laki-laki anak guru tari itu tidak jelas. Menurut tukang pijit, mereka bertunangan tetapi Komako sendiri membantah hal itu. Namun demikian jelas bahwa Komako kemudian bekerja menjadi geisha agar memperoleh uang untuk biaya pengobatan. Juga hubungan Yoko dengan Yukio, gadis yang merawatnya dalam kereta api, tidak jelas. Mungkin Yoko mencintainya, seperti nampak dari caranya merawat layaknya seorang istri terhadap suaminya dan dari kenyataan bahwa setelah Yukio meninggal setiap hari Yoko menziarahi makamnya, sementara Komako tidak pernah mau menziarahi makam Yukio.
Suatu malam ketika Shimamura dan Komako baru datang dari suatu tempat. Melihat ada kebakaran di daerah atas. Menurut orang-orang sekitar yang terbakar adalah gudang kepompong ulat sutera. Dan Komako ingat bahwa tempat itu digunakan untuk memutar film dan sekarang banyak orang. Keduanya naik tangga batu karena kedengaran orang ribet di atas. Para korban diselamatkan beramai-ramai. Mereka dilemparkan dari tingkat dua beramai-ramai. Apinya berasal dari film.
Supaya bisa dipakai sebagai gedung sandiwara, di gudang kepompong itu terpasang tempat duduk yang sederhana di tingkat dua. Walaupun disebut tngkat dua tetapi sebenarnya rendah. Karena itu lamanya dia terjatuh dari tingkat dua sampai ke tanah hanya sekejap saja. Para petugas datang dengan membawa pompa air untuk memadamkan api. Tiba-tiba ada wanita jatuh dari tingkat dua. Dan wanita itu adalah Yoko. Shimamura dan Komako menjerit ketika tahu keadaan Yoko. Komako mengangkat Yoko pada dadanya. Di bawah wajahnya yang penuh ketegangan terlukai muka Yoko yang hampa seakan-akan sudah menemui ajal. Komako memeluk Yoko. Orang-orang meyibak dan megeluarkan suara, lalu berbondong-bondong mengelilingi kedua wanita itu. Komako menjerit. Ia mencoba menahan Yoko ketika lelaki-lelaki akan mengambil Yoko.












ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA


Nilai-nilai Sosial
1. Sikap tulus ikhlas perawat kepada majikannya
Hal itu dtunjukkan oleh Yoko karena dengan sepenuh hati merawat Yukio ketika dalam perjalanan kereta api menuju kampung halaman ibunya. Sebagai perawat seharusnya bersikap seperti itu, karena itu bukti pengabdian terhadap majikan.
Hal ini ditunjukkan pada
“Perhatiannya hanya dicurahkan kepada si sakit dan walaupun ia berpaling ke arah Shimamura mungkin ia tidak menaruh sesuatu perhatian kepada laki-laki yang memandang ke luar karena tidaklah kelihatan olehnya bayangan dirinya terpantul pada kaca jendela.” (27)
2. Sikap yang mudah menghargai dan menyesuaikan diri dengan daerah yang didatangi
Hal itu dtunjukkan oleh Shimamura ketika setiap kali datang ke tempat yang baru dia datangi dia mudah mneyesuaikan dengan sifat penduduk sekitar.
“mungkin karena itulah ia mempunyai naluri yang peka terhadap sifat penduduk daerah yang dikunjunginya….”(46)
3. Sikap saling membantu dan tolong-menolong
Sikap tersebut banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Memang sudah seharusnya kita saling membantu antar sesama.
Hal itu ditunjukkan pada
“Seorang wanita yang pulang mandi menengadah ke arah laki-laki yang sedang membuang salju dari atas atap dan berkata: Tolong buang juga salju kami,” lalu ia menyapu dahi dengan handuk yang basah seakan matanya tersilau.”(71)
Sikap yang ditunjukkan Komako ketika dia membantu untuk biaya rumah sakit Yukio anak guru tarinya.
“Karena laki-laki itu sakit di Tokyo, anak perempuan yang bernama Komako itu menjadi geisha dalam musim panas ini mengirimkan biaya untuk rumah sakit, tapi bagaimana akibatnya, ya.”(83)
“Walaupun mereka tidak bertunangan, namun ia menjadi geisha untuk menolong biaya perawatannya, jadi betul hal itu memang sungguh-sungguh.”(151)

Sikap yang lainnya ditunjukkan Yoko ketika dia mengantarkan pakaian untuk salin kepada Komako.
“Bagaimana perasaan Yoko yang ada pada pagi hari seperti itu membawakan pakaian untuk salin buat Komako…”(92)

4. Sikap menepati janji dan rela berkorban terhadap seseorang
Sikap rela berkorban terhadap seseorang merupakan sikap yang baik. Dan menepati janji sangat sulit untuk dilakukan tetapi Komako berusaha menepati janji dan rela berkorban. Hal itu dia lakukan demi Yukio.
Hal itu ditunjukkan pada
“Bahwa Komako tetap menepati janji dengan tunangannya itu dan sampai menjual diri untuk mengobatinya bukanlah semuanya itu sia-sia belaka.”(84)
5. Sikap membalas budi baik yang pernah dilakukan
Sikap tersebut dilakukan olek Yukio kepada Komako ketika dia membantu Komako ketika berada di Tokyo.
Hal itu ditunjukkan pada
“Ketika saya dijual ke Tokyo, dia seorang diri saja yang mengantarkan saya.”(92)
6. Sikap saling memberi kabar
Ini dilakukan oleh Yoko kepada Komako ketika Yukio sedang sakit parah. Yoko menyuruh Komako pulang dan melihat keadaan Yukio.
Hal ini ditunjukkan pada
“Aaaa! Koma-chan! Yukio-san, Koma-chan! teriak Yoko terengah-engah dan berkata sambil memegang bahu Komako seperti seorang anak yang baru terlepas dari bahaya merangkul ibunya. Cepat pulang! Keadaan gawat. Cepat pulang”(108)
7. Sikap saling menghormati dan menghargai
Hai ini ditunjukkan ketika pemilik rumah penginapan menawarkan sebuah bakpau dan menawarkan kepada Shimamura.
Seperti:
“Bagaimana kalau Tuan coba ini. Sebuah? Silakan, karena ini upacara selamatan pengunduran diri seorang geisha.”(120)
Sikap saling menghargai ditunjukkan Komako terhadap istri Shimamura, ia tidak mau melukai hatinya hanya karena surat kepada Shimamura.
Hal itu ditunjukkan pada
“Tidak mau hanya membuat nelangsa.saya tidak mau tulis surat yang mungkin dibaca juga oleh istrimu.”(130)
8. Rasa kasihan terhadap bencana
Hal ini ditunjukkan oleh Shimamura setelah melihat peristiwa kebakaran yang dialami oleh Yoko. Shimamura merasa sedih melihat kejadian tersebut.
“Shimamura berdebar lagi teringat akan saat ia melihat api menyala di tengah wajah Yoko di dalam kereta api ketika dia dalam perjalanan untuk menemui Komako di tempat pemandian mata air panas ini beberapa tahun yang lalu. Seolah terbayang sekejap mata masa yang telah dihabiskannya bersama Komako. Di sini pun terdapat kesedihan dan kesakitan yang memedihkan.”(218)

Nilai-nilai Budaya
1. Budaya memakai baju kimono
Baju kimono merupakan pakaian sehari-hari rakyat Tokyo, dalam setiap acara mereka selalu menggunakannya. Tetapi kimono yang digunakan berbeda-beda tergantung kepada acaranya.
Hal itu terdapat pada
“Kepala stasiun, yang mengenakan mantel di atas kimononya, mau cepat mengakhiri percakapan sambil berdiri dalam dingin itu.”(21)
Kimono yang digunakan untuk perjamuan, seperti
“Wanita itu bangkit sambil memegang ujung kimononya. Ia mengenakan montsuki yang hitam.”(119)
Kimono yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari.
“Keesokan paginya ketika terjaga ternyata Komako sudah duduk tegak di depan meja mambaca buku. Haori yang dikenakannya pakaian sehari-hari terbuat dari sutera.”(144)
2. Perayaan mengusir burung
Hal itu merupakan salah satu budaya yang masih dpertahankan oleh rakyat Tokyo.
“Pada tanggal empat belas Pebruari ada perayaan Mengusir Burung. Semacam acara tahunan anak-anak yang cocok untuk daerah salju.”(123)
3. Bentuk rumah masyarakat Tokyo
Masyarakat Tokyo memiliki adapt rumah yang modelnya masih kuno.
“Banyak rumah yang modelnya sudah kuno, mungkin dibangun pada masa Daimyo sering lewat di situ.”(140)
4. Budaya mengandam rambut
Para geisha di Jepang sudah terbiasa mengandam rambut.
“Saya mau mengandam rambut, kata Komako kepada Yoko, lalu berjalan di pematang menuju kampung.”(154)
5. Budaya minum sake
Kebiasaan rakyat Jepang yaitu minum sake. Hal ini karena udara di sana yang dingin sehingga untuk menghangatkannya mereka minum sake.
“Pakaiannku empat rangkap. Kalau dingin, yang muda-muda cukup minum sake saja. Mereka bergeletakan di sana masuk angina.”(20)

MENELAAH NOVEL NYALI KARYA PUTU WIJAYA

OLEH
AHMAD FATONI

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan sastra Indonesia pasca 1966 tidak terlepas dari faktor situasi sosial politik pada masa awal kelahiran Orde Baru. Pada periode tersebut terjadi peristiwa penting baik pada bidang sosial, politik, maupun kebudayaan. Dalam bidang kebudayaan termasuk di dalamnya kesusastraan, peristiwa yang cukup penting dan menentukan bagi kehidupan kesusastraan untuk masa berikutnya adalah kemenangan kubu Manikebu dan kekalahan kubu Lekra. Koran-koran dan majalah yang pernah dilarang pada masa Orde Lama, memulai kembali penerbitannya. Terbit juga majalah baru, yakni Horison sebagai majalah sastra sebagai pembaruan dan eksperimen penciptaan karya sastra yang lebih bebas. Latar belakang sosiologis munculnya pembaruan tersebut, selain karena situasi sosial politik awal Orde Baru juga adanya Dewan Kesenian Jakarta, aktivitas kesenian memperoleh subsidi dari pemerintah DKI. Dewan ini memberikan kesempatan kepada para seniman untuk berkreasi secara merdeka. Dengan demikian, kebebasan yang dimiliki ditambah dengan penyediaan fasilitas menyebabkan kegairahan mencipta semakin semarak. Putu Wijaya merupakan salah seorang sastrawan yang produktif. Karya-karya Putu Wijaya banyak mendapatkan tanggapan dari para kritikus sastra. Berbagai komentar terhadap novel-novel Putu Wijaya baik yang bersifat sekilas atau yang sifatnya mendalam bermunculan di media massa, buku, maupun dalam forum-forum seminar. Putu Wijaya berperan penting dalam percaturan kesusastraan Indonesia. Namun demikian, tidak semua karya Putu Wijaya memperoleh apresiasi yang sama. Dalam penelitian ini penulis membatasi hanya pada novel Nyali (1983) yang merupakan novel Putu Wijaya yang kurang banyak mendapat tanggapan dibadingkan novel-novel Putu Wijaya yang lain. Sesungguhnya banyak novel yang menyinggung atau memiliki latar peristiwa sejarah sekitar tahun 1965. Ashadi Siregar pada tahun 1979 menerbitkan novelnya yang berjudul Jentera Lepas (1979) yang menceritakan nasib sebuah keluarga yang berkaitan dengan PKI sesudah peristiwa tahun 1965. Hal lain yang menarik pada novel Nyali bila dibandingkan dengan novel yang menyinggung atau bercerita tentang peristiwa sejarah sekitar tahun 1965 lainnya, adalah gaya penceritaannya tidak menunjuk secara langsung tentang konflik politik yang terjadi pada kurun sejarah sekitar tahun 1965. Demikian juga novel Nyali tidak menunjuk secara langsung pada latar tempat dan nama-nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa sejarah tersebut. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk menganalisis novel Nyali dan penulis ingin membuktikan bahwa konflik sosial dan politik dalam novel Nyali punya kesejajaran dengan sejarah Indonesia sekitar tahun 1965.
1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup
Suatu karya sastra merupakan dunia kemungkinan, ketika pembaca berhadapan dengan karya sastra, maka ia berhadapan dengan kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak berbeda penafsiran terhadap makna karya sastra. Hal ini berkaitan dengan masalah sifat, fungsi dan hakikat karya sastra. Hakikat keberadaan karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Mengingat masalah yang ditawarkan dunia sastra sangat luas dan kompleks, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahannya berdasarkan sosiologi sastra. Berkaitan dengan pendekatan yang penulis pergunakan dalam penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Gagagsan pokok apa yang di ungkapkan dalam novel tersebut. Bagaimana cara pengarang menampilkannya. Bagaimana korelasi antara novel Nyali dengan kenyataan dalam sejarah masyarakat Indonesia.
2. Konflik apa yang diungkapkan untuk mempertegas pentingnya gagasan tersebut. Bagaimana konflik sosial dan politik yang terkandung dalam novel Nyali dengan analisis sosiologis.
3. Apakah gagasan itu diwujudkan melalui tokoh/ dalam struktur keseluruhan novel. Apa tokoh merupakan simbol dan konflik yang dibicarakan.
4. Apakah riwayat hidup pengarang bisa dijadikan sumber yang relevan untuk menentukan tema dan gaya penulisannya/ kepengarangannya.
1.3 Tujuan
Beberapan alasan yang telah dikemukakan pada latar belakang merupakan faktor pendorong dilakukannya telaah ini. Sedangkan tujuanya menyangkut masalah teoritis dan praktis. Hal ini berkaitan dengan latar belakang penulis sebagai mahasiswa jurusan sastra yang selalu dituntut untuk menitikberatkan landasan ilmiah dalam kegiatan penelitian sastra.
Secara ringkas tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pertama, melalui telaah ini diharapkan dapat mengungkap novel tersebut dengan melihat sosiologi sastra sebagai acuannya
Kedua, melalui telaah ini diharapkan dapat membuktikan sejauh mana sosiologi sastra dapat diaplikasikan kepada novel Indonesia modern dalam hal ini novel Nyali.
Ketiga, menyangkut tujuan praktis, telaah ini diharapkan membantu pembaca untuk memahami novel Putu Wijaya
1.4. Landasan Teori
Dalam telaah ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai landasan teori dalam menganalisis novel Nyali. Menurut pandangan teori ini, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Menurut Wiyatmi (via Wellek dan Warren,1990) membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi yaitu:
a. Sosiologi pengarang: yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang.
b. Sosiologi karya sastra: yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;
c. Sosiologi sastra: yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yang pertama yakni karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio-budaya. Bagaiamanapun karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya Wiyatmi(via Abrams, 1981:178).






2. PEMBAHASAN
2.1 Gagasan Pokok Novel Nyali
Novel Nyali karya Putu Wijaya mengisahkan konflik sosial dan politik yang terjadi dalam sebuah negara. Novel ini mengungkap konflik sosial dan politik yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman. Konflik sosial dan politik tersebut memiliki kesejajaran dengan konflik sosial dan politik dalam sejarah Indonesia. Konflik tersebut termanifestasi dalam bentuk pembrontakan yang dilakukan oleh gerombolan Zabaza dibawah pimpinan Kropos. Kondisi sosial dan politik dalam negara tersebut sangat potensial bagi munculnya konflik. Akibatnya masyarakat terpolarisasi ke dalam kelompok-kelompok kepentingan, lembaga-lembaga, organisasi, dan kelas-kelas sosial yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan serasi. Kelompok-kelompok tersebut adalah Baginda Raja yang mewakili kelompok yang berkuasa, gerombolan Zabaza, dan Jendral Leonel yang sesungguhnya mewakili kelompok militer. Baginda Raja bertujuan untuk mempertahankan sistem politik yang sedang berlaku ; mempertahankan status quo. Jendral Leonel bertujuan merombak sistem yang berlaku atau dengan lain perkataan ia menghendaki terjadinya perubahan sosial, sedangkan gerombolan Zabaza mempunyai cita-cita untuk mengadakan revolusi kepribadian yang membuat setiap warga negara menjadi hamba kerajaan yang baik.


2.2 Konflik sosial dan konflik politik dalam Novel Nyali
Konflik adalah fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat. Pertikaian antar kelompok etnis yang berbeda dalam memperebutkan sumber yang sama juga tidak jarang terjadi dalam masyarakat sekarang. Seperti yang sekarang marak terjadi pertikaian kaum Ahmadiyah dengan golongan islam lain. Sedangkan dalam kehidupan politik masyarakat sering dihadapkan pada konflik dalam rangka untuk mendapatkan atau memperjuangkan kewenangan yang tidak jarang disertai dengan kekerasan. Konflik bisa ditinjau dari aspek sosial dan politik. Konflik sosial bisa diartikan sebagai perjuangan untuk mendapatkan nilai-nilai atau pengakuan status, kekuasaan dan sumber daya. Konflik politik dirumuskan secara longgar sebagai perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangaan di antara sejumlah individu, kelompok, ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah. Secara sempit konflik politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk menentang kebijakan umum dan pelaksanaannya. Dalam hal ini konflik sebagai penyelesaian ketegangan antara unsur-unsur yang bertentangan, yang mempunyai fungsi stabilisator dan menjadi komponen untuk mempererat hubungan. Konflik juga berfungsi sebagai unsur pengikat di antara kelompok-kelompok yang sebetulnya tidak berhubungan. Konflik adalah unsur penting bagi integrasi sosial. Selama ini konflik selalu dipandang sebagai faktor negatif yang memecah belah. Konflik sosial dalam beberapa cara memberikan sumbangan pada keutamaan kelompok serta mempererat hubungan interpersonal. Kekuasaan merupakan salah satu fenomena politik yang penting. Kekuasaan merupakan hal langka yang menjadi penyebab konflik. Dalam novel Nyali karya Putu Wijaya, konflik yang dominan adalah konflik politik. Namun demikian konflik sosial dalam novel tersebut juga dianalisis karena konflik politik dan konflik sosial dalam novel Nyali saling berkaitan. Konflik sosial merupakan akibat dari terjadinya konflik politik dan mempunyai pengaruh terhadap situasi politik.
2.2.1. Konflik Sosial
Jenis konflik yang dapat dikategorikan sebagai konflik sosial antara lain konflik dalam lembaga perkawinan, konflik dalam merebut jabatan, persaingan, permusuhan, dan konflik golongan. Dalam novel ini terdapat konflik yang bisa dikategorikan sebagai konflik sosial, yakni konflik dalam rangka memperebutkan jabatan. Konflik ini tidak murni beraspek sosial akan tetapi mempunyai tendensi politik. Jendral Leonel memiliki kedudukan yang baik dalam dinas kemiliteran. Ia mempunyai wewenang untuk menentukan kebijakan yang menyangkut keamanan negara. Atas dasar kedudukan itu ia memiliki kecenderungan mempertahankan jabatan ini. Segala usaha dilakukan termasuk pembunuhan yang memiliki motif politik. Dalam novel ini diceritakan bahwa kematian ayah Krosy sesungguhnya masih misterius. Kolonel Krosy menduga bahwa kematian ayahnya karena dibunuh oleh Jendral Leonel. Hal ini dilakukan karena ayah Krosy punya peluang yang baik untuk menjadi saingan. Ia curiga kalau itu semua dilakukan oleh Jendral Leonel yang waktu itu masih berpangkat kolonel. Seluruh reputasi Leonel sangat terpuji, kecuali dalam kasus ayah Krosy. Semua orang menyadari bahwa Leonel berada satu strip di bawahnya. Dan tak seorang pun dapat membayangkan apa yang bisa atau mungkin mendorong Leonel untuk membetot teman seperjuangannya itu ---seandainya memang Leonel yang bertanggung jawab. Krosy sendiri tak bisa memastikan. Ia sempat menyusun beberapa teori. Seandainya saja Leonel yang membunuh ayahnya, pastilah itu ia lakukan dalam keadaan terjepit, atas desakan orang lain. Atau semacam kekhilapan : yang kemudian terus-menerus disesalinya.
Ayah Krosy meninggal sebagai seorang pahlawan. Ia disergap di sebuah bukit dengan tiba-tiba oleh gerombolan Zabaza...Sejak itu Leonel memegang kekuasaan tertinggi di wilayah. (halaman 19-20).
Kematian Kolonel Krosy juga tidak terlepas dari persaingan jabatan ini. Kolonel Krosy punya reputasi yang baik dan menjadi calon untuk menduduki jabatan penting dalam dinas kemiliteran, bahkan mungkin lebih dari itu, yakni peluang untuk mendapatkan kedudukan yang punya wewenang untuk menentukan kebijakan secara luas. Selain peluang, ia juga mempunyai ambisi untuk memperoleh kedudukan yang baik tersebut.
Tak pelak lagi, ia menjadi calon yang paling meyakinkan untuk mengganti kedudukan jendral itu, apabila masa pensiunnya tiba. Tapi masih beberapa tahun lagi. Krosy hampir tak sabar. Ia ingin memegang pimpinan dan menentukan garis besar segala kebijaksanaan. Bukan hanya sebagai pelaksana semata-mata. (halaman 19)
Sejak kecil Krosy selalu bercita-cita mencapai puncak dari kekuasaan militer.... (halaman 19)
Kematiannya sesungguhnya bukan karena ditembak oleh Kropos, akan tetapi sengaja dibunuh oleh Jendral Leonel. Sewaktu Kropos menembaknya, Kolonel Krosy tidak mati. Ia sempat di bawa ke rumah sakit. Dokter Combla tidak sanggup untuk mengembalikan Kolonel Krosy seperti semula.
Krosy tidak mati karena tembakan saudara. Ia dibunuh oleh Leonel....(halaman35)
2.2.2. Konflik Politik
Konflik politik dalam novel Nyali merupakan konflik yang dominan. Konflik tersebut meliputi hampir keseluruhan cerita. Konflik tercermin dalam tema, alur, penokohan dan latar. Analisis sosiologis terhadap novel Nyali dengan mengambil konflik politik. Novel Nyali mengisahkan pergolakan politik yang terjadi di sebuah negara yang mengalami konflik yang tajam, pemberontakan dan kekerasan serta fragmentasi dalam tubuh militer. Hal ini disebutkan secara eksplisit oleh pengarangnya:
"....Baginda tahu sendiri selain Zabaza banyak sekali dendam, sengketa, keinginan membunuh yang ada di seluruh kerajaan...." (halaman 42)
Negara ini mengalami dua periode sejarah, yakni masa Orde Lama dan Orde Baru sejarah monarkhi dan Orde Baru untuk masa periode sejarah dengan sistem republik. Orde Lama ditandai dengan sistem politik otokrasi tradisional atau monarkhi. Kepala negara adalah seorang raja (Baginda Raja). Sedangkan Orde Baru ditandai dengan sistem pemerintahan republik dengan presiden sebagai kepala negara. Konflik politik terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Konflik politik yang terjadi pada masa Orde Baru merupakan akibat dari konflik politik pada masa Orde Lama. Konflik politik dalam kerajaan yang diceritakan dalam novel Nyali terpolarisasi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki perbedaan-perbedaan peran dan kepentingan. Kekuasaan dan wewenang merupakan hal langka yang sering kali menjadi penyebab terjadinya konflik dan perubahan pola-pola yang telah melembaga. Dalam negara dengan sistem politik otokrasi tradisional kekuasaan mutlak pada raja. Distribusi kekuasaan pada partai-partai politik tidak ada karena kerajaan tersebut tidak memiliki partai politik atau kelompok-kelompok korporatis yang bisa digunakan sebagai pengendali konflik politik, sehingga kelompok dominan dalam hal ini raja memiliki kekusaan mutlak (absolut). Adanya ketidakseimbangan distribusi kekuasaan ini menjadi penyebab terjadinya konflik politik. Dalam negara ini terdapat tiga pihak yang terlibat dalam konflik. Pihak pertama adalah Baginda Raja. Kelompok kedua adalah gerombolan Zabaza. Pihak ketiga yaitu Jendral Leonel yang pada awalnya memanfaatkan kelompok kedua. Ketiga pihak tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda dan masing-masing berusaha mewujudkan kepentingannya sehingga terjadi perbenturan kepentingan. Baginda Raja mempunyai kepentingan untuk mempertahankan sistem sosial dan struktur masyarakat yang lama, yakni sistem pemerintahan kerajaan dan sistem perekonomian yang mengandalkan agraris. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kerajaan ia memiliki kewenangan yang sah untuk menggunakan paksaan fisik dalam menyelesaikan konflik. Sarana paksaan fisik adalah tentara, intelejen, persenjataan, penjara, kerja paksa, pengadilan dan lain-lain. Pihak kedua yakni gerombolan yang bernama Zabaza mempunyai tujuan mengadakan revolusi kepribadian, yakni mereka ingin menegakkan moral baru bagi masyarakat. Masyarakat yang dicita-citakan adalah semua orang menjadi hamba kerajaan yang baik. Setiap orang atau kelompok tidak memiliki ambisi dan kepentingan yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Dengan demikian pertentangan- pertentangan dalam masyarakat bisa dihindarkan. Pihak ketiga, yakni Jendral Leonel memanfaatkan kelompok pertama dan kedua demi meraih tujuan pribadi. Ia mempunyai ambisi untuk merebut kekuasaan dengan cara yang tidak sesuai dengan konsensus kerajaan. Ambisi untuk merebut kekuasaan ini menimbulkan konflik-konflik politik yang mendalam dan luas. Ketiga pihak yang terlibat dalam konflik politik tersebut sama-sama mempunyai sumber kekuasaan. Baginda Raja mempunyai sumber kekuasaan karena kedudukannya sebagai raja yang memperoleh legitimasi karena tradisi. Kekuasaan dan peralihan kewenangannya yakni dengan diadakannya pemilihan umum. Berlangsung secara turun temurun. Pemimpin gerombolan Zabaza, yakni Kropos memiliki sumber kekuasaan potensial karena dia memiliki massa yang terorganisasi secara rapi dan berdisiplin tinggi. Ia menggunakan sumber kekuasaan tersebut untuk aktivitas politik berupa gerakan untuk mengadakan revolusi kepribadian dengan menggunakan cara-cara kekerasan seperti teror- isme dan kudeta berdarah. Dengan demikian, sumber kekuasaan tersebut menjadi kekuasaan aktual. Demikian halnya dengan Jendral Leonel. Ia memiliki sumber kekuasaan yang potensial karena kedudukannya sebagai panglima militer yang punya wewenang untuk mengatur kebijaksaan dalam bidangnya. Sebagai panglima militer berarti ia memiliki massa terorganisasi berupa tentara. Ia juga punya kekuasaan aktual karena dia telah menggunakan sumber-sumber kekuasaan di dalam kegiatan politik secara efektif. Setelah ia berhasil merebut kekuasaan dan menjadi pemimpin negara, ia memiliki kewenangan. Dalam novel Nyali tidak digambarkan adanya kelas-kelas sosial seperti halnya dalam masyarakat industri. Struktur masyarakat yang dikisahkan dalam novel tersebut adalah struktur masyarakat yang belum mapan atau belum stabil. Sekelompok masyarakat yang terorganisasi dalam sebuah gerombolan bernama Zabaza mempergunakan cara-cara terorisme dan kekerasan untuk mewujudkan tujuannya. Zabaza menekankan aspek paksaan fisik atau kekerasan sehingga cenderung mengarah pada konflik yang berkepanjangan. Zabaza yang punya disiplin tinggi, terorganisasi rapi, punya pola kepemimpinan yang ketat dan hirarkis, memang sengaja dibentuk dengan menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Zabaza tidak menginginkan cara-cara damai, menggunakan perang dan kekerasan adalah caranya untuk merombak masyarakat. Dengan kata lain Zabaza mempunyai tujuan agar setiap orang menjadi hamba kerajaan yang baik. Hal ini secara eksplisit disebutkan oleh pengarangnya :
"....Gerombolan ini tidak memiliki target merebut pemerintahan. Dia adalah usaha untuk menegakkan moral baru. Semacam revolusi kepribadian yang membuat setiap orang menjadi hamba kerajaan yang baik. Ini terjadi karena sekarang setiap orang sudah terlalu banyak bicara tentang kepentingan-kepentingannya. Dalam kelompok Zabaza, tidak ada lagi kepentingan pribadi. Setiap orang merasa dirinya alat...." (Halaman 65-67)
Pihak kerajaan dalam hal ini tentara kerajaan tidak menggunakan cara lain dalam mengatur konflik ini. Tentara yang dipimpin oleh Jendral Leonel juga menggunakan cara kekerasan dalam rangka membasmi gerombolan Zabaza. Beberapa bawahannya ada yang mengusulkan diadakan perundingan, tetapi Jendral Leonel tidak setuju.
Teror dan pembunuhan politik yang dilakukan gerombolan Zabaza sangat kejam dan tanpa kompromi. Zabaza membunuh Kolonel Krosy yaitu bekas atasan Kropos dalam dinas kemiliteran. Demikian juga dengan penyerbuan ke sebuah desa yang merupakan pertahanan paling kuat tentara kerajaan, yaitu Desa Tongtong. Desa tersebut dihancurkan dan penduduknya dibinasakan. Pada saat yang tepat Zabaza melakukan penyerbuan ke istana, tapi mampu digagalkan oleh tentara kerajaan. Ini memang sesuai dengan rencana Jendral Leonel. Ia menghendaki Zabaza menyerbu istana dan ia menghendaki Baginda Raja terbunuh. Lalu tentara akan menumpas seluruh anggota gerombolan. Pada akhirnya konflik ini mengancam eksistensi sistem politik yang lama yaitu sistem otokrasi tradisional yang mengandalkan sistem agraris. Negara dalam bentuk kerajaan ini diubah secara total dan menjadi republik seperti yang dikehendaki Jendral Leonel.
Konflik politik yang terjadi di sebuah negara yang diceritakan dalam novel Nyali ini memiliki struktur konflik menang-kalah. Situasi konflik tidak memungkinkan diadakannya kompromi dan kerja sama. Dalam konflik seperti ini hanya terdapat dua pilihan, yakni ada pihak yang menang dan pihak lain mengalami kekalahan. Gerombolan Zabaza tidak punya keinginan untuk mengadakan kompromi. Sesungguhnya Baginda Raja menawarkan diadakannya kompromi agar tidak terlalu banyak korban berjatuhan. Akan tetapi Jendral Leonel yang merupakan otak dari seluruh rencana tidak menghendaki cara-cara damai melalui perun- dingan.
"....Saya tak ingin jalan damai, tapi jalan yang berdarah. Bukan karena haus darah, tapi karena segala kekerasan ini akan mengatur suasana tertentu. Dia merupakan satu proses yang akan berguna untuk menyeleksi rakyat kita menuju hari depan yang gemilang. Di masa depan, bayangan saya kerajaan ini akan menjadi satu republik dengan rakyat pilihan...." (Halaman 41)
Karena tidak mungkin diadakan kompromi maka jalan satu-satunya adalah ada pihak yang memenangkan konflik dan pihak lain terkalahkan. Ketika terjadi kudeta oleh gerombolan Zabaza, Baginda Raja beserta keluarganya terbunuh. Dalam cerita ini tidak disebutkan siapa yang sesungguhnya membunuh keluarga raja. Zabaza sesungguhnya tidak punya niat untuk membunuh Baginda Raja. Tentara kerajaan yang dipimpin langsung oleh Jendral Leonel berhasil menumpas gerombolan, walau pemimpin gerombolan yakni Kropos berhasil lolos. Dengan tertumpasnya gerombolan Zabaza berarti gerombolan ini merupakan pihak yang kalah. Akan tetapi pihak kerajaan dalam hal ini Baginda Raja beserta seluruh keluarganya juga merupakan pihak yang kalah. Pihak yang menang adalah Jendral Leonel. Dengan kata lain ia berhasil mengalahkan kedua lawannya untuk mencapai tujuan yakni merebut kekuasaan dengan cara memanipulasi keadaan yang sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan rencana Jendral Leonel. Ia dapat dikatakan pihak yang menang dan memperoleh jalan untuk merebut kekuasaan dan mengganti sistem negara yang otokrasi tradisional dengan sistem republik dengan program industrialisasi yang menggantikan sistem agraris. Secara kronologis konflik politik dalam novel Nyali semakin intens. Faktor meningkatnya intensitas konflik adalah sumber yang diperebutkan yakni kekuasaan. Karena itu konflik semakin intens. Keterlibatan emosional peserta konflik sangat besar. Gerombolan Zabaza mempunyai ideologi yang sangat dipatuhi oleh setiap anggotanya. Mereka bersedia mati demi kemuliaan tujuan. Apapun dilakukan dengan sikap patuh tanpa sedikit pun merasa gentar. Demikian juga dengan tekad Jendral Leonel. Ia bertekad untuk menghancurkan gerombolan Zabaza dengan kekerasan. Jendral Leonel tidak menghendaki jalan damai. Hal ini berakibat semakin besar perlawanan masing-masing kelompok yang terlibat dalam konflik politik. Gerombolan Zabaza terus-menerus meningkatkan perlawanannya dengan menghancurkan kubu-kubu pertahanan tentara kerajaan. Di pihak tentara kerajaan juga meningkatkan pertahanannya dan perlawanannya terhadap gerombolan Zabaza. Besarnya tingkat perlawanan ini juga menjadi faktor semakin intensnya konflik politik tersebut. Cara pengaturan konflik dengan kekerasan ini mengingat negara ini tidak mempunyai alat-alat politik lain dalam mengendalikan konflik seperti partai politik. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional merupakan beberapa contoh kelompok korporatis. Kelompok-kelompok yang bertikai dalam hal ini adalah gerombolan pemberontak menggunakan cara kekerasan dalam perjuangannya, sehingga penggunaan kekerasan untuk menyelesaikan konflik politik sulit dihindari, meskipun sesungguhnya politik adalah alat untuk menghapus kekerasan, untuk menggantikan konflik berdarah dengan bentuk perjuangan sipil yang lebih dingin dan untuk menghapus peperangan. Negara menggunakan kekuatan militer untuk mengatasi konflik. Hal ini mengandung makna bahwa kekuasaan mempergunakan kekerasan untuk menghindari kekerasan yang lebih besar. Kekerasan yang dipergunakan oleh negara adalah kekerasan yang legal karena negara memiliki keabsahan mempergunakan paksaan fisik demi melindungi kepentingan dan kebaikan umum. Negara ini mempunyai kekuatan militer yang tangguh dan senantiasa siap melakukan paksaan fisik terhadap aksi politik yang tidak sesuai dengan kehendak penguasa, yakni pemberontakan dan kekerasan.
dan siap menumpahkan darah. Mereka setia kepada kerajaan sampai titik darah yang peng- habisan....(halaman 43)
Dalam melakukan pengaturan konflik dengan menggunakan kekuatan militer ini, kerajaan sering mengalami kegagalan. Gerombolan Zabaza sangat kuat dan senantiasa melakukan penyerangan ke kubu-kubu pertahanan kerajaan. Pada saat penyerbuan ke istana, tentara kerajaan berhasil menumpas gerombolan Zabaza sampai ke akar-akarnya. Namun keberhasilan ini tidak untuk jangka panjang, sebab pada waktu- waktu berikutnya sisa-sisa gerombolan ini tumbuh lagi. Dengan kata lain cara kekerasan militer tidak mampu untuk menyelesaikan konflik politik antara negara dengan gerombolan Zabaza. Sesungguhnya Baginda Raja bermaksud mempergunakan cara damai dalam rangka pengaturan konflik. Pada suatu malam ia memanggil Jendral Leonel untuk menghadap di istana. Semula Jendral Leonel mengira bahwa Baginda Raja hendak meminta pertanggungjawaban atas kekalahan tentara kerajaan di Desa Tongtong, tetapi dugaan itu keliru. Baginda Raja dan Jendral Leonel terlibat dalam pembicaraan mengenai nasib kerajaan yang dilanda sengketa dan pertumpahan darah. Dalam pembicaraan itu Baginda Raja mengusulkan perundingan untuk menyelesaikan konflik agar tidak jatuh korban lebih banyak lagi.
"Aku ingat kalau kita mengadakan pesta dan memperalat gelas-gelas minuman untuk menyembunyikan perasaan- perasaan kita yang sebenarnya. Malam ini, itu tidak perlu terjadi. Jadi Anda sudah merencanakan untuk mengadakan perombakan dalam kerajaan ini?"Leonel terdiam. Ia memandang ke kejauhan.
"Kenapa Anda tidak bicara langsung dengan aku? Apa perlu begitu banyak tumpah darah. Mereka yang tak berdosa itu?" (halaman 40)
Usul Baginda Raja tidak disetujui oleh Jendral Leonel. Ia menghendaki cara kekerasan dalam menyelesaikan konflik politik tersebut.
"....Saya tak ingin jalan damai, tapi jalan yang berdarah. Bukan karena haus darah, tapi karena segala kekerasan ini akan mengatur suasana tertentu. Dia merupakan satu proses yang akan berguna untuk menyeleksi rakyat kita menuju hari depan yang gemilang. Di masa depan, bayangan saya kerajaan ini akan menjadi satu republik dengan rakyat pilihan. Yang tak berhak untuk hidup harus cepat dibuang." (halaman 41)
Mengingat ada pihak yang tidak sepakat menggunakan cara damai dalam rangka pengaturan konflik, maka jalan kekerasan dipergunakan oleh Jendral Leonel untuk menghancurkan gerombolan Zabaza sekaligus untuk mewujudkan tujuan Jendral Leonel, yakni memenangkan konflik dan mengubah bentuk pemerintahan.
Konflik sosial dan politik dalam kerajaan yang dikisahkan dalam Nyali mengakibatkan perubahan yang cukup radikal. Gerakan pemberontakan dan kudeta terhadap pemerintahan (Baginda Raja) mengakibatkan berubahnya sistem negara tersebut. Sebelumnya negara ini menganut sistem pemerintahan monarkhi (otokrasi tradisional) dengan raja sebagai kepala negara. Negara ini pada mulanya mengandalkan sistem agraris sebagai penopang perekonomian tetapi setelah terjadinya kudeta dan terjadinya peralihan kewenangan secara paksa dari Bagainda Raja kepada Jendral Leonel, maka sistem negara tersebut diubah menjadi republik dengan industri sebagai penopang utama perekonomian.
Ia bersedia menjadi pemimpin menggantikan baginda, tetapi ia tidak mau sebuah kerajaan. Ia menginginkan sebuah republik. Diluar dugaan keinginannya itu tidak mendapat tantangan. Apa saja yang dikehendakinya, asal saja ia mau menjadi pemimpin, pasti akan diterima. (halaman 80)
Rakyat menikmati buah kemerdekaan setelah pertumpahan darah yang penghabisan (halaman 83)
Usaha untuk menjadikan negeri itu untuk tidak tergantung lagi pada tanah sudah mulai dilakukan. Rencana- rencana pembangunan beberapa buah industri disebarkan. Sawah dirubah menjadi rimba beton yang setiap hari akan gemuruh menggerakkn asap ke udara --sambil menghisap ribuan tenaga kerja. (halaman 84)
Sejalan dengan datangnya perdamaian dan masa-masa pembangunan wajah setiap orang menemukan bentuknya. Pribadi masing-masing berkembang. Ilmu digalakkan dan diserakkan lebih objektif. Jalan pikiran tumbuh dengan bebas.... (halaman 84)
Kepemimpinan Leonel setelah menumbangkan rezim lama bersifat ekstrimis. Ia berupaya menghancurkan seluruh rezim lama dan menggantinya dengan sistem yang sama sekali baru. Organisasi politik, yakni militer yang dimilikinya sangat kuat, patuh dan disiplin dan menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Masa peralihan kewenangan dan kekuasaan ini merupakan masa transisi. Meskipun dalam Nyali masa transisi telah terlewati, namun sesungguhnya terdapat benih-benih konflik. Sistem politik mengalami masa transisi, karena terjadinya perubahan masyarakat dari bentuk tradisional yang berstruktur sederhana menjadi masyarakat modern yang berstruktur kompleks. Pada situsi ini terjadi banyak perubahan termasuk tingkat pendidikan, peningkatan aspirasi dan harapan-harapan baru. Karena perubahan-perubahan tersebut tidak aneh jika terjadi krisis, sehingga berakibat masyarakat mempertanyakan prinsip-prinsip yang mendasari legitimasi kewenangan Jendral Leonel sebagai presiden. Krisis ini juga ditandai oleh melemahnya dukungan masyarakat terhadap lembaga- lembaga politik. Pada akhirnya kewenangan Jendral Leonel kehilangan legitimasinya karena banyak orang tidak mengakui hak moral penguasa untuk memerintah.
Perubahan yang terjadi tidak memuaskan semua orang. Beberapa kalangan mempertanyakan perubahan ini. Pada suatu ketika Jendral Leonel mendapat pertanyaan langsung dari seseorang tentang perubahan tersebut. Perubahan ini akhirnya menimbulkan konflik baru. Konflik tersebut diakibatkan oleh ketidakpuasan sebagian rakyat terhadap kepemimpinan Jendral Leonel. Beberapa keteledoran pada pelaksanaan program kebijakan menyebabkan semakin memanasnya situasi politik. Pengadilan memutuskan perkara secara tidak adil, sehingga menimbulkan kehebohan di kalangan media massa. Korupsi tidak dapat dihindarkan lagi. Rakyat menuntut agar Jendral Leonel mengungkapkan fakta yang sesungguhnya dari peristiwa pada masa lalu yang meminta banyak korban. Tuntutan ini termanifestasi dalam bentuk demonstrasi mahasiswa dan artikel-artikel di media massa.
"Tidak ada batasnya untuk meragukan. Untuk menilai sesuai dengan kodrat kita sebagai bangsa yang mawas diri. Segala sumbangan pikiran untuk pembangunan adalah kongkrit dan mutlak adanya. Menyuruh orang berhenti untuk meragukan dan mengkritik sama saja dengan menegakkan tirani, satu hal yang saya kira sangat ditentang oleh Yang Terhormat Jendral Leonel sendiri. Karena itu buka. Kalau perlu bentuk sebuah tim khusus untuk menangani soal besar ini. Sidangkan. Beberkan kepada rakyat. Jangan disembunyikan lagi. Kita semua orang merdeka dan pantas melihat kebe- naran!" (halaman 87)
Pada saat situasi politik semakin memanas karena munculnya konflik baru ini, sisa-sisa gerombolan Zabaza memulai lagi aktivitasnya. Kropos yang mengasingkan diri di sebuah ladang yang sunyi dijemput oleh beberapa orang sisa gerombolan Zabaza dan mengajak untuk memulai aktivitasnya. Kropos setuju dengan ajakan ini.
2.3 Aspek Simbolis dalam Novel Nyali
Dalam Novel Nyali gagasan pokok diungkapkan pada keseluruhan struktur novel,mulai dari tema, alur, tokoh, latar, watak dll. Pada bagian ini penulis menguraikan aspek simbolis dalam novel Nyali yang diintrepretasikan secara sosiologis. Simbol- simbol tersebut menyangkut pada penggunaan nama-nama dan peristiwa-peristiwa simbolis.
2.3.1 Penggunaan Nama Tokoh
Nama-nama yang terdapat dalam novel Nyali boleh dikatakan memiliki keanehan, baik nama diri (nama tokoh) dan nama tempat. Nama-nama tersebut ada yang memiliki arti tertentu, namun sebagian besar terkesan bukan nama yang lazim dipergunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.
Tokoh utama dalam novel ini menggunakan nama Kropos. Penggunaan nama ini masih mempunyai arti tertentu. Dalam bahasa Jawa istilah "kropos" berarti sebuah benda yang kulit luarnya nampak baik, tetapi isinya rapuh seperti kayu yang bagian luarnya nampak baik tetapi bagian dalamnya rapuh karena dimakan rayap. Penggunaan nama Kropos ini kontradiktif dengan watak tokoh Kropos. Sebagaimana telah diuraikan, Kropos memiliki dimensi watak yang keras, teguh, tabah dalam menjalani berbagai ujian berat dan tahan dalam segala bentuk siksaan dan penderitaan. Ia tidak mudah putus asa walaupun tugas yang ia emban sangat berat dan hampir bisa dikatakan mustahil. Keadaan yang kontradiktif antara arti nama dan watak tokoh utama dalam novel ini mengandung makna lain, artinya meskipun seseorang memiliki watak yang keras, tabah, tangguh, dan berdisiplin tinggi, namun sesungguhnya dalam diri seseorang juga terdapat potensi sifat-sifat yang negatif. Munculnya sifat-sifat yang berlawanan tersebut tergantung dari situasi dan kondisi yang melingkupinya. Ketika Kropos berada dalam lingkungan yang keras dan menuntut ketabahan fisik dan mental, watak Kropos yang positif muncul dan berkembang dengan baik. Sebaliknya, tatkala gerombolan Zabaza berhasil ditumpas oleh tentara kerajaan, watak Kropos mengalami kemunduran. Ia menjadi putus asa. Kropos mengasingkan diri dari kehidupan ramai dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya.ketika ia ditangkap Belanda, justru ia sangat ketakutan dan gugup. Dengan kata lain sifat rapuh pada diri Kropos menjadi aktual ketika ia berada dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan keputusasaan. Makna simbolis dari nama ini sesungguhnya memiliki kesejajaran dengan realitas sejarah. Bila Kropos dipandang sebagai personifikasi gerombolan Zabaza dan Zabaza dipandang sebagai sebuah ideologi, Zabaza bukan orang, tetapi semacam ideologi...."
Maka hal ini dapat diinterpretasikan bahwa meskipun ideologi memiliki karakteristik yang efektif dan tangguh, tetapi sebenarnya ia juga memiliki kelemahan. Dalam konteks novel Nyali, ideologi Zabaza sesungguhnya memiliki kelemahan. Kelemahannya terletak pada sifatnya yang doktriner. Sifat ini sangat dipatuhi oleh anggotanya dan telah mendarah daging, sehingga mereka tidak punya pilihan lain dan tidak ada upaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari tiadanya dimensi fleksibelitas dalam Zabaza.
Zabaza memiliki kesejajaran dengan PKI. Apabila Zabaza dipandang sebagai ideologi, maka Zabaza memiliki kesejajaran dengan ideologi komunisme. Kelemahan ideologi ini terletak pada sifatnya yang dogmatis. Bagaimanapun juga sebuah ideologi selain punya kemampuan memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan yang ada dalam masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara lebih baik dan untuk membangun suatu masa depan yang lebih cerah, ideologi haruslah memiliki dimensi fleksibilitas, yang terlalu doktriner tidak memiliki fleksibilitas.
Nama-nama tokoh lainnya, yakni Leonel, Chiko, Torzo, Golef, Combla, Krosy, Tirtir adalah nama-nama yang terkesan aneh dan tidak biasa dipergunakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun demikian ada nama yang lazim, yaitu Erika. Penggunaan nama-nama yuang terkesan aneh dapat di- interpretasikan bahwa realitas dalam novel tersebut tidak menunjuk secara langsung kepada realitas yang terdapat dalam sejarah Indonesia. Negara yang dikisahkan dalam novel Nyali tidak memiliki nama tertentu, sehingga seakan- akan latar tempat dalam novel Nyali bukan di Indonesia. Namun demikian peristiwa-peristiwa yang dikisahkan terutama konflik sosial dan politik dalam novel tersebut mempunyai kesejajaran dengan konflik sosial dan politik di Indonesia sekitar tahun 1965. Interpretasi lain adalah bahwa peristiwa dalam novel Nyali bersifat universal, artinya konflik politik seperti yang dikisahkan novel tersebut bisa terjadi di negara manapun di dunia.
2.3.2 Peristiwa Simbolis
Peristiwa simbolis yang penulis bahas adalah tindakan atau perilaku tokoh. Perilaku atau tindakan tersebut ditafsirkan sebagai sebuah simbol tertentu. Pada bagian akhir novel Nyali dikisahkan bahwa Kropos mengasingkan diri ke sebuah ladang yang sunyi. Di tempat itu ia bertemu dengan seorang perempuan. Mereka berinteraksi tanpa menggunakan komunikasi verbal, walaupun mereka tidak bisu sampai akhirnya mereka menjadi suami istri.
Kropos telah hidup sebagai suami-istri dengan wanita itu di tengah ladang. Setiap pagi ia mengantar bininya sampai ke sungai. Malam mereka duduk berdua mendengar suara-suara serangga malam. Tetapi keduanya masih juga belum membicarakan sesuatu. Berdampingan dengan bisu. (halaman 94)
Perilaku demikian adalah bentuk dehumanisasi. Hal ini merupakan perilaku yang tidak wajar; merupakan penyimpangan perilaku manusia normal, sebab mereka tidak bisu dan tidak mengalami hambatan secara fisik maupun psikologis. Perilaku bisu ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah simbol sikap frustasi dan protes terhadap kondisi yang tidak dikehendaki walaupun protes tersebut tidak dialamatkan ke sebuah lembaga atau orang tertentu. Keputusasaan yang dialami Kropos merupakan akibat kekalahan gerombolan Zabaza dalam konflik politik segitiga antara gerombolan Zabaza, Jendral Leonel, dan Baginda Raja. Kekalahan total bagi gerombolan Zabaza mengakibatkan Kropos tersingkir dan terasing dalam kehidupan masyarakat yang diwarnai dengan laju pembangunan di segala bidang.
Kropos jadi merasa sunyi. Rasanya ibukota bukan dunianya lagi. Ia mengitari jalan kota, menemukan orang-orang yang makin hari makin asing. Sejak re- publik diproklamirkan menggantikan kerajaan, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi. Semuanya merupakan kemajuan. Tetapi Kropos seperti tak ikut serta. Ia bercecer, atau ditinggalkan. Barangkali ia tidak mau ikut. Padahal ia merasa dirinya sudah berusaha untuk mengerti. (halaman 83)
Dalam keputusasaan Kropos berniat bunuh diri. Ia membaringkan tubuhnya di atas rel kereta api. Tapi tidak ada kereta yang menggilasnya karena ia berbaring di atas rel yang tidak terpakai. Ia tidak peduli kereta menggilasnya atau tidak. Kropos tak peduli dirinya sudah mati atau masih hidup. Ia menjadi tidak peduli terhadap sesuatu. Lalu ia meneruskan perjalanan dengan menempuh jalan sesukanya.
Dengan basah kuyup, Kropos meneruskan perjalanan. Ia menempuh jalan sesukanya. Tidak berusaha untuk mencari jalan setapak. Ia maju saja dengan sembrono arah ke timur. Semak-semak diterobosnya. Parit-parit kecil dengan lumpur-lumpur diterjangnya saja. Duri-duri semak melukai kulitnya. Beberapa bagian bajunya robek. Ia tidak peduli. Kemudian ia bertemu dengan hamparan sawah. Ditempuhnya terus dengan cara yang sama. Tidak berusaha meniti di pematang, tapi ia memotong sawah-sawah yang masih ditumbuhi padi-padi kecil. Untung tak ada orang. (halaman 89)
Kemudian Kropos sampai di tepi sebuah kampung. Ia menyeberangi jalan. Masuk pekarangan rumah orang. Melompati pagar, berjalan di antara rumah-rumah. Beberapa orang memperhatikannya, tapi ia tidak peduli. Akhirnya ia tembus kampung itu dan menjumpai kembali sungai yang tadi. Kini sungai itu melebar. Di atasnya ada jembatan bambu. Kropos terus berjalan tanpa menghiraukan jembatan tersebut. Ia memanjat tepi dan memasuki sebuah rumah yang lain. Sebuah kampung yang lain. Semak-semak, pematang, pagar rumah orang, hutan kecil, lalu jalan kereta api kembali, kemudian sebuah tanah datar yang luas. (halaman 89)
Sikap tak peduli pada diri Kropos adalah sikap keputusasaan. Demikian halnya dengan sikap membisu antara dia dan istrinya di ladang yang sunyi. Hidup berdampingan sebagai suami-istri dengan bisu. Bahkan sikap tak peduli juga sering ditunjukkan kepada istrinya. Ketika istrinya memijit-mijit kakinya, Kropos tak peduli. Tatkala istrinya membawakan radio, Kropos menerimanya, tapi tidak berusaha membunyikannya. Selanjutnya radio itu selama berbulan- bulan tidak pernah dibunyikannya. Demikian pula ia tak pernah mengikuti wanita itu pergi.
”Tak seorang pun yang berani dituduh sebagai Zabaza. Itu berarti memikul seluruh darah yang telah mengalir di kerajaan itu dulu yang kini telah menjadi sebuah republik”. (halaman 82)
Meskipun Zabaza telah ditumpas, tapi sisa-sisa Zabaza selalu dicurigai. Bahkan ketika ada polemik politik dan demonstrasi, Zabaza dicurigai sebagai penggeraknya. Demikian juga dengan sisa-sisa anggota PKI merasa tersingkir dan terbuang dalam kehidupan Orde Baru yang diwarnai dengan laju pembangunan di segala bidang. Mereka yang selamat dari pembantaian atau keluar dari penjara atau tempat pembuangan merasa tersisih sebagai orang yang kalah. Apalagi sikap pemerintah yang senantiasa menghukum dengan cara deskreminasi dalam berbagai hal, seperti pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kehidupan politik (tidak boleh mengikuti pemilu). Dalam keputusasaan dan penderitaannya sebagai warga negara yang tersisih, bukan berarti dalam pikiran mereka tidak pernah terlintas untuk memulai aktivitas yang sifatnya politis. Pada akhir cerita dalam novel Nyali dikisahkan bahwa Kropos bermimpi menjadi Zabaza kembali, berjuang dalam rimba dan memimpin penyergapan. Lalu ketika ia terbangun ia menyadari telah dijemput dua puluh orang berpakaian hitam dan membawa senjata. Mereka mengajak Kropos untuk memulai lagi aktivitas seperti dulu. Kropos setuju. Peristiwa tersebut merupakan simbol bagi munculnya bentuk-bentuk perlawanan dari sekelompok orang terhadap kondisi yang ada. Bentuk perlawanan tersebut tidak pernah hilang dalam masyarakat selama dalam masyarakat masih ada ketimpangan, walaupun kelompok perlawanan tersebut telah dihancurkan oleh penguasa. Demikian juga dengan peristiwa dalam novel Nyali. Meskipun Zabaza telah dihancurkan oleh tentara kerajaan, tetapi ketika dalam masyarakat terjadi konflik yang termanifestasikan dalam bentuk demonstrasi, polemik politik di media massa, ketidakberesan dalam proses pengadilan, maka sisa-sisa Zabaza membangun kekuatan untuk memulai lagi aktivitas perlawanan. Apabila dihubungkan dengan realitas dalam masyarakat, peristiwa tersebut ada kemiripan dengan bangkitnya sisa-sisa PKI. Meskipun PKI sudah ditumpas, tetapi ada indikasi bahwa sisa-sisa anggota PKI berusaha untuk konsolidasi. Indikasi ini ditunjukkan dengan diadakannya Kritik Oto Kritik pada tahun 1986 oleh sisa-sisa PKI.kuan Basuki Resoboso, PKI pernah mengadakan Kritik Oto Kritik pada tahun 1968 dan 1986.
2.4 Riwayat pengarang dan kepengarangannya.
Riwayat hidup pengarang bisa dijadikan sumber yang relevan untuk menentukan tema dan gaya penulisannya. Sifat- sifat khas sastra ditunjukkan oleh aspek referensialnya (acuan), "fiksionalitas", "ciptaan" dan sifat "imajinatif ”. sastrawan menganalisis "data" kehidupan sosial, memahaminya dan mencoba menentukan tanda yang esensial untuk dipindahkan ke dalam karya sastra.
Apabila realitas itu adalah sebuah peristiwa sejarah, maka karya sastra dapat, pertama, mencoba menterjemahkan peristiwa itu dalam bahasa imajiner dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan pengarang; kedua, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan tanggapannya mengenai peristiwa sejarah dan ketiga seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali peristiwa sejarah dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang (Kuntowijoyo, 1987: 127).
Hakikat keberadaan karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan inovasi. Putu Wijaya merupakan salah seorang sastrawan yang produktif. Karya-karya Putu Wijaya banyak mendapatkan tanggapan dari para kritikus sastra. Berbagai komentar terhadap novel-novel Putu Wijaya baik yang bersifat sekilas atau yang sifatnya mendalam dalam bentuk esei bermunculan di media massa, buku, maupun dalam forum-forum seminar. Sebagai seorang novelis, Putu Wijaya menempatkan dirinya tak jauh dari kelihaiannya sebagai penulis naskah drama. Dalam prosanya ia cenderung mempergunakan gaya atau metode objektif dalam pusat pengisahannya dan gaya stream of consciousness dalam pengungkapannya. Ia lebih berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bentuk bawah sadar, lebih-lebih libodo seksual yang ada dalam daerah kegelapan. Putu Wijaya sebagai tokoh utama sastrawan Indonesia pada dasa warsa 1970-an. Putu Wijaya muncul dan berkembang dalam dekade itu. Dialah sastrawan paling produktif dan paling kreatif pada saat itu. Novel Putu Wijaya juga penuh potongan-potongan kejadian yang padat, intens dalam pelukisan, ekspresif bahasanya dan disatukan oleh suasana tema. Sekalipun "struktur dalam" novelnya menunjukkan sifatnya yang kompleks namun masih mungkin dilihat keterikatannya dengan subjeknya, yakni kelompok intelektual yang di dalamnya termasuk pengarangnya.




3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adanya tiga kekuatan besar yang memiliki tujuan yang berbeda memicu terjaqdinya konflik, ketiga kelompok tersebut terlibat dalam konflik politik dan dalam memperjuangkan dan atau mempertahankan kepentingan tersebut, pelaku konflik menggunakan cara kekerasan. Konsekwensinya adalah konflik ini memiliki struktur menang-kalah, yakni konflik yang berakhir dengan kemenangan salah satu pihak dan kekalahan pada pihak lain. Jendral Leonel merupakan pihak yang memenangkan konflik, sedangkan Zabaza dan Baginda Raja merupakan pihak yang kalah dalam konflik. Konflik dalam negara yang dikisahkan novel Nyali dapat dikatakan konflik bertipe negatif, karena berakibat terancamnya eksistensi sistem sosial dan politik serta struktur masyarakat. Hal ini juga ditandai dengan cara- cara kekerasan oleh pihak yang bertikai, yakni pem- brontakan dan kudeta serta terorisme. Bagaimanapun juga, konflik memiliki fungsi yang positif. Perubahan sosial menuju terwujudnya masyarakat yang lebih baik tidak jarang melalui sebuah konflik ter- lebih dahulu. Terbentuknya negara-negara baru sering diakibatkan oleh perang yang merupakan salah satu bentuk konflik politik yang utama. Dalam novel Nyali ditunjukkan bahwa konflik menyebabkan perubahan sosial dan politik yang lebih baik. Masyarakat lama yang penuh dengan pembrontakan dan sengketa yang berkepanjangan diakhiri dan sejak saat itu dimulai era baru yang memungkinkan peru- bahan sosial dan perubahan pada sistem pemerintahan serta kebijakan pembangunan ekonomi, walaupun konflik tersebut tidak bisa dihilangkan sama sekali. Konflik pada hakekatnya merupakan fenomena yang selalu hadir dalam masyarakat, bahkan pada masyarakat yang paling stabil. Dalam Nyali juga ditunjukkan bahwa konflik pada masa silam (masa kerajaan) menjadi salah satu faktor timbulnya konflik pada era yang baru (masa pemerintahan republik). Konflik politik dalam novel Nyali mempunyai keseja- jaran dengan konflik sosial dan politik dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam beberapa hal terdapat kemiripan antara konflik politik dalam Nyali dengan kenyataan dalam sejarah Indonesia. Periode sejarah negara yang dikisahkan oleh Nyali mempunyai kesamaan dengan periode sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam Nyali terdapat dua periode sejarah, yakni masa kerajaan atau bisa disebut Monarkhi dan masa republik. Ciri-ciri yang ditunjukkan kedua masa tersebut memang tidak digambarkan secara lengkap, akan tetapi dalam beberapa bagian selalu disebutkan secara eksplisit bahwa masa itu adalah masa kerajaan dengan Raja sebagai kepala negara. Masa republik ditandai oleh ciri yang utama, yakni kepala negara adalah seorang presiden. Kondisi sosial politik pada masa kerajaan penuh dengan pertentangan-pertentangan politik dan ideologis. Puncak dari konflik politik tersebut adalah peristiwa pembrontakan atau kudeta yang dilakukan oleh gerombolan Zabaza. Kudeta berhasil digagalkan oleh tentara kerajaan, akan tetapi Baginda Raja sekeluarga terbunuh. Hal ini memberikan peluang bagi Jendral Leonel untuk mengambil alih kekuasaan dan mengangkat dirinya sebagai kepala negara serta mengubah sistem pemerintahan. Dengan kata lain pembrontakan atau kudeta tersebut menjadi akhir bagi masa monarkhi dan awal dari kelahiran masa baru yang berbentuk republik. Hal ini mempunyai kemiripan atau kesejajaran dengan periode sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam sejarah Indonesia terdapat dua masa, yaitu orde Lama dan Orde Baru. Kondisi Orde Lama ditandai dengan konflik, pertentangan politik antar partai atau kelompok-kelompok yang memiliki tujuan dan ideologi yang berbeda. Puncak dari konflik tersebut adalah meletusnya peristiwa Gestapu atau pembrontakan G-30-S/PKI. Kudeta atau pembrontakan yang berhasil digagalkan oleh Angkatan Darat tersebut merupakan penutup bagi Orde Lama dan kelahiran Orde Baru. Kesejajaran juga ditunjukkan oleh terdapatnya kekuat- an politik dominan. Dalam Nyali terdapat tiga kekuatan politik dominan yaitu Baginda Raja, Jendral Leonel (tentara), dan gerombolan Zabaza. Dalam masa Orde Lama, terutama pada waktu Demokrasi Terpimpin juga terdapat tiga kekuatan politik yang memainkan peranan besar dalam panggung politik. Kekuatan politik tersebut adalah Presiden Sukarno, Militer (Angkatan Darat), dan PKI. Ketiga kekuat- an politik dominan ini terlibat dalam konflik. Novel Nyali mengandung simbol-simbol yang memiliki keterpaduan dengan konflik sosial dan politik yang menjadi tema novel ini. Simbol-simbol tersebut juga memperkuat kesejajaran antara konflik sosial dan politik dalam novel Nyali dan konflik sosial dan politik dalam sejarah Indonesia. Makna simbolis dari nama tokoh utama, yakni Kropos, memiliki korelasi dengan watak ideologi gerombolan Zabaza. Jika Kropos dipandang sebagai personifikasi gerombolan Zabaza dan Zabaza dipandang sebagai sebuah ideologi, maka sesuai dengan makna simbolis nama Kropos, ideologi Zabaza dalam beberapa hal mempunyai sedikit kemiripan dengan komunisme. Demikian juga dengan keterasingan dan keputusasaan Kropos setelah ia mengalami kekalahan dalam konflik, secara simbolis memiliki kesejajaran dengan nasib sisa-sisa anggota PKI pada masa Orde Baru yang tersingkir dalam beberapa hal. Meskipun tersingkir dan tertindas, sisa-sisa gerombolan Zabaza berusaha untuk bangkit kembali. Hal ini pun memiliki kesejajaran dengan upaya bangkitnya sisa-sisa PKI dewasa ini.
gaya penceritaannya tidak menunjuk secara langsung tentang konflik politik yang terjadi pada kurun sejarah sekitar tahun 1965. Demikian juga novel Nyali tidak menunjuk secara langsung pada latar tempat dan nama-nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa sejarah tersebut.


















Daftar Pustaka
1. Wijaya, Putu. 1994. Nyali. Cet 3. Jakarta: Balai Pustaka.
2. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
3. www. Sosiologi sastra. co. id














Lampiran
Sinopsis
NYALI
Novel Nyali karya Putu Wijaya mengisahkan konflik sosial dan politik yang terjadi dalam sebuah negara. Konflik tersebut termanifestasi dalam bentuk pembrontakan yang dilakukan oleh gerombolan Zabaza dibawah pimpinan Kropos. Kondisi sosial dan politik dalam negara tersebut sangat potensial bagi munculnya konflik. Masyarakatnya terpolarisasi ke dalam kelompok-kelompok kepentingan, lembaga-lembaga, organisasi, dan kelas-kelas sosial yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan serasi. Kelompok-kelompok tersebut adalah Baginda Raja yang mewakili kelompok yang berkuasa, gerombolan Zabaza, dan Jendral Leonel yang sesungguhnya mewakili kelompok militer. Baginda Raja bertujuan untuk mempertahankan sistem politik yang sedang berlaku ; mempertahankan status quo. Jendral Leonel bertujuan merombak sistem yang berlaku atau dengan lain perkataan ia menghendaki terjadinya perubahan sosial, sedangkan gerombolan Zabaza mempunyai cita-cita untuk mengadakan revolusi kepribadian yang membuat setiap warga negara menjadi hamba kerajaan yang baik.
Ketiga kelompok tersebut terlibat dalam konflik politik dan dalam memperjuangkan dan atau mempertahankan kepentingan tersebut, pelaku konflik menggunakan cara kekerasan. Hal ini terjadi karena negara itu tidak punya sarana berupa konsensus atau konstitusi dalam mengatur konflik dan masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik tidak berusaha untuk mencapai konsensus dengan cara berunding secara damai untuk memperoleh penyelesaian yang menguntungkan semua pihak. Konsekwensinya adalah konflik ini memiliki struktur menang-kalah, yakni konflik yang berakhir dengan kemenangan salah satu pihak dan kekalahan pada pihak lain. Jendral Leonel merupakan pihak yang memenangkan konflik, sedangkan Zabaza dan Baginda Raja merupakan pihak yang kalah dalam konflik.
Konflik dalam negara yang dikisahkan novel Nyali dapat dikatakan konflik bertipe negatif, karena berakibat terancamnya eksistensi sistem sosial dan politik serta struktur masyarakat. Hal ini juga ditandai dengan cara- cara kekerasan oleh pihak yang bertikai, yakni pem- brontakan dan kudeta serta terorisme.
Bagaimanapun juga, konflik memiliki fungsi yang positif. Perubahan sosial menuju terwujudnya masyarakat yang lebih baik tidak jarang melalui sebuah konflik ter- lebih dahulu. Terbentuknya negara-negara baru sering diakibatkan oleh perang yang merupakan salah satu bentuk konflik politik yang utama. Dalam novel Nyali ditunjukkan bahwa konflik menyebabkan perubahan sosial dan politik yang lebih baik. Masyarakat lama yang penuh dengan pembrontakan dan sengketa yang berkepanjangan diakhiri dan sejak saat itu dimulai era baru yang memungkinkan peru- bahan sosial dan perubahan pada sistem pemerintahan serta kebijakan pembangunan ekonomi, walaupun konflik tersebut tidak bisa dihilangkan sama sekali. Konflik pada hakekatnya merupakan fenomena yang selalu hadir dalam masyarakat, bahkan pada masyarakat yang paling stabil. Dalam Nyali juga ditunjukkan bahwa konflik pada masa silam (masa kerajaan) menjadi salah satu faktor timbulnya konflik pada era yang baru (masa pemerintahan republik).
Konflik politik dalam novel Nyali mempunyai keseja- jaran dengan konflik sosial dan politik dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam beberapa hal terdapat kemiripan antara konflik politik dalam Nyali dengan kenyataan dalam sejarah Indonesia. Periode sejarah negara yang dikisahkan oleh Nyali mempunyai kesamaan dengan periode sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam Nyali terdapat dua periode sejarah, yakni masa kerajaan atau bisa disebut Monarkhi dan masa republik. Ciri-ciri yang ditunjukkan kedua masa tersebut memang tidak digambarkan secara lengkap, akan tetapi dalam beberapa bagian selalu disebutkan secara eksplisit bahwa masa itu adalah masa kerajaan dengan Raja sebagai kepala negara. Masa republik ditandai oleh ciri yang utama, yakni kepala negara adalah seorang presiden. Kondisi sosial politik pada masa kerajaan penuh dengan pertentangan-pertentangan politik dan ideologis. Puncak dari konflik politik tersebut adalah peristiwa pembrontakan atau kudeta yang dilakukan oleh gerombolan Zabaza. Kudeta berhasil digagalkan oleh tentara kerajaan, akan tetapi Baginda Raja sekeluarga terbunuh. Hal ini memberikan peluang bagi Jendral Leonel untuk mengambil alih kekuasaan dan mengangkat dirinya sebagai kepala negara serta mengubah sistem pemerintahan. Dengan kata lain pembrontakan atau kudeta tersebut menjadi akhir bagi masa monarkhi dan awal dari kelahiran masa baru yang berbentuk republik.
Hal ini mempunyai kemiripan atau kesejajaran dengan periode sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam sejarah Indonesia terdapat dua masa, yaitu orde Lama dan Orde Baru. Kondisi Orde Lama ditandai dengan konflik, pertentangan politik antar partai atau kelompok-kelompok yang memiliki tujuan dan ideologi yang berbeda. Puncak dari konflik tersebut adalah meletusnya peristiwa Gestapu atau pembrontakan G-30-S/PKI. Kudeta atau pembrontakan yang berhasil digagalkan oleh Angkatan Darat tersebut merupakan penutup bagi Orde Lama dan kelahiran Orde Baru.
Kesejajaran juga ditunjukkan oleh terdapatnya kekuat- an politik dominan. Dalam Nyali terdapat tiga kekuatan politik dominan yaitu Baginda Raja, Jendral Leonel (tentara), dan gerombolan Zabaza. Dalam masa Orde Lama, terutama pada waktu Demokrasi Terpimpin juga terdapat tiga kekuatan politik yang memainkan peranan besar dalam panggung politik. Kekuatan politik tersebut adalah Presiden Sukarno, Militer (Angkatan Darat), dan PKI. Ketiga kekuat- an politik dominan ini terlibat dalam konflik.
Novel Nyali mengandung simbol-simbol yang memiliki keterpaduan dengan konflik sosial dan politik yang menjadi tema novel ini. Simbol-simbol tersebut juga memperkuat kesejajaran antara konflik sosial dan politik dalam novel Nyali dan konflik sosial dan politik dalam sejarah Indonesia. Makna simbolis dari nama tokoh utama, yakni Kropos, memiliki korelasi dengan watak ideologi gerombolan Zabaza. Jika Kropos dipandang sebagai personifikasi gerombolan Zabaza dan Zabaza dipandang sebagai sebuah ideologi, maka sesuai dengan makna simbolis nama Kropos, ideologi Zabaza dalam beberapa hal mempunyai sedikit kemiripan dengan komunisme. Demikian juga dengan keterasingan dan keputusasaan Kropos setelah ia mengalami kekalahan dalam konflik, secara simbolis memiliki kesejajaran dengan nasib sisa-sisa anggota PKI pada masa Orde Baru yang tersingkir dalam beberapa hal. Meskipun tersingkir dan tertindas, sisa-sisa gerombolan Zabaza berusaha untuk bangkit kembali. Hal ini pun memiliki kesejajaran dengan upaya bangkitnya sisa-sisa PKI dewasa .

KALIMAT MAJEMUK DALAM BAHASA INDONESIA SEHARI

OLEH
AHMAD FATONI

Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
karena dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan keinginan
kepada orang lain. Dengan kata lain bahwa bahasa seseorang dapat berkomunikasi
dan beradaptasi dengan manusia lain, seperti yang dikatakan oleh Kridalaksana
(1983) dan Joko Kentjono (1982) bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer,
yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa bersifat manusiawi, artinya bahasa sebagai alat
komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia. Untuk menguasai bahasa manusia
harus belajar, tanpa belajar manusia tidak akan mungkin berbahasa.
Tiap–tiap orang mempunyai variasi bahasa sendiri, yang disebut idiolek.
Variasi idiolek ini berkenan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat dan sebagainya. Jika akrab dengan orang lain dengan hanya mendengar
suara bicaranya saja kita dapat mengenalnya. Tiap–tiap idiolek mempunyai
perbedaan–perbedaan kecil dalam menggunakan bahasanya, akan tetapi tidak lari
dari garis kasar bahasanya.
Idiolek–idiolek yang lebih banyak menunjukan persaman dengan ideolek
lain dapat digolongkan dalam suatu kumpulan kategori yang disebut dialek
(nababan, 1993). Menurut Abdul Chaer, Leoni Agustina (1995) dialek adalah variasi
bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu
tempat, wilayah atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun.
Mempunyai idiolek masing–masing, namun mereka memiliki kesaan ciri yang
menandai bahwa mereka berada dalam satu dialek. Misalnya Bahasa Melayu Dilake
Deli Medan (BMDDM) memeiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki
oleh bahasa Melayu dialek lainnya, seperti bahsa melayu dialek Jakarta, bahasa
Melayu dialek Riau dan sebagainya. Para penutur bahasa Melayu dialek melayu
Medan dapat berkomunikasi dengan para penutur bahasa Melayu dialek Jakarta atau
dialek lainnya, karena dialek–sialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama ,
yaitu bahasa Melayu.Memang kesaling pengertian antara penutur dari suatu dialek
Kalimat ialah kesatuan kumpulan kata yang mengandung pengertian
(Soekono Wirjo Soedarmo, 1987). Kalimat merupakan kesatuan bentuk pendukung
bahasa yang sangat penting, karena kalimat dapat menentukan isi bahasa.
Ciri utama kalimat dalam bahasa Melayu dialek Deli Medan (BMDDM) adalah:
a. Kalimat terdiri dari konstituen subjek dan konstituen predikat.
b. Subjek kalimat terdiri dari Frasa Nominal (FN).
c. Predikat kalimat diwakili oleh Frasa Nominal (FN), Frasa Verbal (FV), Frasa
Adjektival (FA), dan Frasa Preposisi (FP).
d. Kalimat bisa menerima keterangan, seperti keterangan tempat, keterangan
waktu, dan keterangan alat.
Perbedan kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah:
a. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terbina dari satu klausa saja, yaitu
mempunyai satu konstituen subjek dan satu konstituen predikat.
b. Kalimat majemuk adalah kalimat sempurna yang terdiri atas lebih dari satu
klausa.
Dalam kajian ini penulis mengutip pendapat beberapa pakar tentang
penjenisan kalimat majemuk
Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Soekono Wirjosoedarmo
Soekono Wirjosoedarmo (1987) dalam bukunya Tata Bahasa Bahasa
Indonesia mengatakan bahwa ada empat macam kalimat majemuk, yaitu kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk bertingkat, dan

kalimat majemuk berganda. Selanjutnya Soekono Wirjosoedarmo menyebutkan
kalimat majemuk sama dengan kalimat tersusun. Dikatakan juga bahwa kalimat
majemuk setara terdiri dari kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk
setara berlawanan, dan kalimat majemuk sebab akibat. Kalimat majemuk setara
sejalan adalah kalimat majemuk setara yang terdiri alas beberapa kalimat tunggal
persamaan situasinya. Contoh kalimat majemuk setara sejalan adalah sebagai
berikut:
1. Ibu berbelanja ke pasar, ayah berangkat ke kantor, sedang adik pergi ke
sekolah.
Kalimat majemuk setara berlawanan adalah kalimat majemuk setara yang
terdiri alas beberapa kalimat tunggal yang isinya menyatakan situasi berlawanan.
Contoh kalimat majemuk setara berlawanan adalah :
2. Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh.
Kalimat majemuk setara sebab akibat ialah kalimat majemuk setara yang
terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu menyatakan
sebab akibat dari bagian-bagian yang lain. Contoh kalimat tersebut adalah :
3. Orang itu ditahan, karena ia telah menggelapkan uang negara.
Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Asmah Haji Omar
Asmah Haji Omar (1973) mengatakan bahwa kalimat yang mempunyai lebih
dari satu subjek dan predikat disebut sebagai kalimat selapis atau kalimat majemuk.
Kalimat majemuk diartikan sebagai kalimat luas yang terdiri kalimat-kalimat kecil
yang dihubungkan dengan kata penghubung dan atau tetapi. Contohnya adalah
sebagai berikut :
4. Saya pergi dan emak pergi.
Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Nik Safiah Karim
Nik Safiah Karim (1979) mengatakan bahwa kalimat majemuk ialah kalimat
yang terdiri dari dua atau lebih dari dua ayat tunggal, sama ada disambung secara
terus menerus dengan menggunakan kata sambung seperti : dan, atau, tetapi, atau
dengan sistem hubungan yang lebih rumit yang memerlukan proses-proses yang
memasukkan atau mengugurkan struktur-struktur tertentu, misalnya memasukkan
perkataan yang, bahwa, dan sebagainya. Nika Safiah Karim mengajukan tiga jenis
kalimat majemuk, yaitu :
a. Ayat gabungan (Conjoined sentence)
b. Ayat Pancangan (Embedden Sentence)
c. Ayat majemuk berketerangan (kalimat yang mempunyai sentence adverbial)
Menurut Nik Safiah Karim (1979) kalimat-kalimat dalam bahasa Melayu boleh
disambung
a.Tanpa menyingkirkan bagian-bagiannya, misalnya :
5. Penonton itu menendang bola dan penonton-penonton bersorak dengan
gembira.
b.Dengan menyingkirkan bagian yang sama, misalnya
6. (i) Ahmad pergi, Ali pergi
(ii) Ahmad dan Ali pergi
c.Dengan menyingkirkan subjek yang sama
7. (i) Ahmad bertempik, Ahmad bersorak
(ii) Ahmad bertempik dan bersorak

kalimat majemuk berganda. Selanjutnya Soekono Wirjosoedarmo menyebutkan
kalimat majemuk sama dengan kalimat tersusun. Dikatakan juga bahwa kalimat
majemuk setara terdiri dari kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk
setara berlawanan, dan kalimat majemuk sebab akibat. Kalimat majemuk setara
sejalan adalah kalimat majemuk setara yang terdiri alas beberapa kalimat tunggal
persamaan situasinya. Contoh kalimat majemuk setara sejalan adalah sebagai
berikut:
1. Ibu berbelanja ke pasar, ayah berangkat ke kantor, sedang adik pergi ke
sekolah.
Kalimat majemuk setara berlawanan adalah kalimat majemuk setara yang
terdiri alas beberapa kalimat tunggal yang isinya menyatakan situasi berlawanan.
Contoh kalimat majemuk setara berlawanan adalah :
2. Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh.
Kalimat majemuk setara sebab akibat ialah kalimat majemuk setara yang
terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu menyatakan
sebab akibat dari bagian-bagian yang lain. Contoh kalimat tersebut adalah :
3. Orang itu ditahan, karena ia telah menggelapkan uang negara.
Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Asmah Haji Omar
Asmah Haji Omar (1973) mengatakan bahwa kalimat yang mempunyai lebih
dari satu subjek dan predikat disebut sebagai kalimat selapis atau kalimat majemuk.
Kalimat majemuk diartikan sebagai kalimat luas yang terdiri kalimat-kalimat kecil
yang dihubungkan dengan kata penghubung dan atau tetapi. Contohnya adalah
sebagai berikut :
4. Saya pergi dan emak pergi.
Penjenisan Kalimat Majemuk Menurut Nik Safiah Karim
Nik Safiah Karim (1979) mengatakan bahwa kalimat majemuk ialah kalimat
yang terdiri dari dua atau lebih dari dua ayat tunggal, sama ada disambung secara
terus menerus dengan menggunakan kata sambung seperti : dan, atau, tetapi, atau
dengan sistem hubungan yang lebih rumit yang memerlukan proses-proses yang
memasukkan atau mengugurkan struktur-struktur tertentu, misalnya memasukkan
perkataan yang, bahwa, dan sebagainya. Nika Safiah Karim mengajukan tiga jenis
kalimat majemuk, yaitu :
a. Ayat gabungan (Conjoined sentence)
b. Ayat Pancangan (Embedden Sentence)
c. Ayat majemuk berketerangan (kalimat yang mempunyai sentence adverbial)
Menurut Nik Safiah Karim (1979) kalimat-kalimat dalam bahasa Melayu boleh
disambung
a.Tanpa menyingkirkan bagian-bagiannya, misalnya :
5. Penonton itu menendang bola dan penonton-penonton bersorak dengan
gembira.
b.Dengan menyingkirkan bagian yang sama, misalnya
6. (i) Ahmad pergi, Ali pergi
(ii) Ahmad dan Ali pergi
c.Dengan menyingkirkan subjek yang sama
7. (i) Ahmad bertempik, Ahmad bersorak
(ii) Ahmad bertempik dan bersorak

Berdasarkan kajian yang telah pengkaji dapati di lapangan, Kalimat Majemuk
BMDDM terdiri dari ;
(i) Kalimat Majemuk Setara
(ii) Kalimat Majemuk Bertingkat
(iii) Kalimat Majemuk Campuran
Di bawah ini akan diuraikan analisis Kalimat Majemuk tersebut.
Kalimat Majemuk Setara
Dalam BMDDM Kalimat Majemuk Setara sering digunakan. Kalimat Majemuk Setara
ialah Kalimat Majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang setara atau
sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat berdiri sendiri.
Kalimat Majemuk Setara BMDDM dalam bentuk rumus dapat diuraikan seperti
berikut :
K .KH K n = 2 atau lebih
Berdasarkan rumus di atas, Kalimat Majemuk Setara ialah kalimat yang
terdiri dari sekurang-kurangnya dua kalimat yang bertaraf setara dan digabungkan .

Dengan penggunaan kat ahubung. Kata hubung yang digunakan dalam kalimat
Majemuk Setara ini antara lain : dan, kemudian, tapi.
Dalam BMDDM Kalimat MAjemuk Setara digabungkan dengan cara :
a. Tanpa pengguguran bagian – bagian dalam kalimat
b. Pengguguran bagian yang sama dlam kalimat
c. Penggunaan kata hubung
Tanpa Pengguguran Bahagian – Bahagian dalam Kalimat
Contoh – contoh Kalimat Majemuk Setara BMDDm dapat dilihat seperti di bwah ini :
1. [adek merase malu] K1 kemudian [ei menages] K2
‘Adik merasa malu kemudian dia mengais’.
KAlimat (1) terdiri dari sua kalimat, yaitu K1 dan K2, yang digabungkan dengankata
hubung kemudian. Hubungan antara kalimat – kalimat dalam contoh ini akan
diperlihatkan seperti di bawah ini.
K
K1 KH K2
Ade mesase malu Kemudian ie menanges
contoh – contoh lain seperti dibawah ini
2. [abah pegi ke padang] K1 dan [emak menanak nasi]K2
Ayah pergi ke ladang dan emak mananak nasi'
3. [Emak belanje ke pekan]K1 sedang [akak ke sekolah]K2
'Emak belanja ke pasar sedang kakak ke sekolah'
Pengguguran Bahagian yang Sama dalam Kalimat
a. Pengguguran subjek yang sama
Contoh-contoh Kalimat Majemuk Setara dalam BMDDM dapat dilihat seperti di bawah
ini
2.[Pak cik tejatoh dari sampan]K1 [tesangkot di semak-semak]K2
'Pak cik terjatuh dari sampan tersangkut di semak-semak'
Kalimat (4) terdiri dari dua kalimat, yaitu K1 dan K2. K1 digabungkan dengan tanda
koma. K2 telah mengalami transformasi pengguguran subjek (S) yang sama dengan
Subjek K1, yaitu Pak cik.
Struktur dasar Kalimat, seperti di bawah ini;
4.a. [Pak cik tejatoh dari sampan]s tesangkot di semak-semak
dan [pak cik]s tesangkot di semak-semak.
Struktur kalimat di atas diperlihatkan dalam rajah pohon seperti di bawah ini :


Setelah mengalami penguguran subjek yang sama dan kata hubung dan, struktur
kalimat yang terhasil adalah seperti di bawah ini.
Contoh-contoh lain adalah sebagai berikut
5. [Abah] merase malu]K1 [balek kerumah]K2
'Ayah merasa malu pulang kerumah'
6. [Pencuri]s ian ditangkap orang ramai]K1 [dibawe ke kantor polisi]K2
'Pencuri itu ditangkap orang ramai dibawa ke kantor polisi
b. Penguguran Predikat yang Sama
Kalimat majemuk yang digabungkan dengan cara ini adalah seperti berikut;
7. [Abah]K1 dan [emak pegi ke rumah atok]K2
'Ayah dan emak pergi ke rumah atok'
Kalimat (7) di atas terdiri dari K1 dan K2 yang digabungkan oleh kata hubung .
Predikat pada K1 telah mengalami transformasi penguguran. Struktur dasar kalimat
(7) di atas adalah seperti (7a) di bawah ini :
(7a) [abah[pegi ke rumah atok]p dan emak [pegi ke rumah atok]p
Struktur dasr kalimat (7a) dalam rajah pohon adalah seperti dibawah ini ;

Setelah mengalami tranformasi penguguran predikat yang sama, maka lahirlah
kalimat seperti dibawah ini :
Contoh-contoh lain seperti berikut :
8. [Adek] K1 dan [akak belanje ke pekan]p]K2
'Adik dan kakak belanje ke pasar'
9. [Pak cik]K1 dan [mak cik] pegi ke padang]p]K2
'Pak cik dan mak cik pergi ke ladang'
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Bertingkat ialah kalimat yang hubungan pola-pola kalimatnya
tidak sederajat. Pola yang lebih tinggi derajat atau kedudukannya adalah induk
kalimat.
Kalimat Majemuk Bertingkat BMDDM dalam bentuk rumus dapat diuraikan
seperti berikut :
Ket .[KH K2]
Rumus di atas menyatakan bahwa Kalimat keterangan (Ket) terdiri dari kata hubung
dan K2. K2 ialah kalimat kecil yang dipancangkan ke dalam kalimat induk melalui
kata hubung.
Ket dipancangkan ke dalam P, kalimat induk yaitu berada di bawah FN atau FK,
kedudukan keterangan dalam kalimat induk diperlihatkan seperti berikut :
Kedudukannya tidak tetap. Ket boleh hadir di belakang ataupun di hadapan
kalimat induk. Kata hubung yang digunakan dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
adalah, make 'maka', sebab, supaye 'supaya'.
Contoh-contoh Kalimat Majemuk Bertingkat dalam BMDDM adalah seperti
berikut :
9. Anak ian menggaru-garu saje [sebab[ digigit nyamuk] K2] Ket.

10. 'Anak itu mengggaruk-garuk saja digigit nyamuk'
Ket dalam kalimat (10) terdiri dari kata sebab, yang diikuti oleh K2. K2 telah
mengalami transformasi penguguran FN subjek 'Anak ian'. Struktur dasar K2 ialah
'Anak ian menggaru-garu digigit nyamuk'. Dengan demikian struktur dasar kalimat
(10) ialah
10.a
Dengan penguguran FN Subjek dalam K2, maka terbitlah struktur kalimat seperti
kalimat (10) diatas dan tergambar dalam rajah pohon yang berikut :
Contoh-contoh lain seperti berikut :
11. Pembalok- pembalok ian mengilerke kayunye selagi naek aer pasang
'Pekerja balok itu menghilirkan kayunya selagi air pasang' .
11. Ie sudah beristerike anak tetangge kite [make haruslah ie dipanggil]K2Ket
Dia sudah beristrikan anak tetangga kita maka haruslah dia dipanggil'
Kalimat Majemuk Campuran
Dalam BMDDM suatu kalimat dapat terdiri dari satu kalimat tunggal atau
kalimat yang mengandung lebih dari satu jenis kalimat, yang dikenal sebagai Kalimat
Majemuk Campuran. Kalimat Majemuk Campuran ini terdiri dari campuran Kalimat
Tunggal dengan Kalimat Majemuk atau deretan berbagai-bagai jenis kalimat
majemuk.
Kalimat Majemuk Campuran biasanya panjang. Berdasarkan strukturnya
Kalimat Majemuk Campuran BMDDM terdiri dari
a) Campuran kalimat tunggal dengan kalimat Majemuk
b) Deretan Kalimat yang dibina melalui proses gabungan
c) Campuran kalimat majemuk yang terdiri dari deretan berbagai-bagai kalimat
majemuk
A. Kalimat Majemuk Campuran antara Kalimat Tunggal dengan Kalimat
Majemuk
Dalam BMDDM Kalimat Majemuk Campuran antara Kalimat Tunggal dengan
Kalimat Majemuk adalah seperti berikut:
13. [Adek tendak pegi sekolah]K1 [make tidor terus]K2[ie pegi ke tempat
bemaen]
'Adik tak mau pergi sekolah, maka tidur terus, ia, pergi ke tempat bermain'
Kalimat di atas terdiri dari kalimat campuran Kalimat Tunggal dengan Kalimat
Majemuk. Kalimat pertama yaitu: "Adek tendak pegi sekolah". Kalimat ini
digabungkan dengan kalimat kedua dan kalimat ketiga melalui tanda koma. Kalimat
kedua dan ketiga merupakan deretan kalimat Majemuk gabungan yang terdiri dari
"maka tidor terus" dan "ie pegi ke tempat bemaen".
Deretan kalimat tunggal dan kalimat majemuk di atas dihubungkan dengan
kata hubung (KH) make "maka". Secara keseluruhan kalimat (13) mempunyai K1
yang terdiri dari kalimat tunggal, dihubungkan dengan K2 dan seterusnya
dihubungkan dengan K3 yang merupakan kalimat tunggal. Struktur kalimat ini dapat
digambarkan dalam rajah pohon seperti dibawah ini .
bemaen
Contoh-contoh lain seperti berikut :
14. [Emak mengambek sireh]K1. [dibagi kepade mak cik]K2
15. [Abah memelihare budak ian]K1 [dipeliharenye dengan sayang]K2
B. Deretan Kalimat Yang Dibina Melalui Proses Gabungan
Gabungan kalimat ini berdasarkan Kalimat Bertingkat yang memerihal peristiwa
secara berurutan.
Contoh Kalimatnya seperti berikut :
16 [Atok memberi nasehat]K1 make semue orang tediam]K2 [kemudian pulang
ke rumah maseng-maseng]K3
'Atok memberi nasihat, maka semua orang terdiam, kemudian pulang
kerumah masing-masing'
Kalimat (16) terdiri dari kalimat campuran berdasarkan deretan kalimat yang dibina
melalui kalimat bertingkat yang memerihal suatu peristiwa secara berurutan.
Dengan demikian struktur dasar kalimat (16) adalah seperti berikut :
Contoh-contoh lain seperti berikut :
17. [Emak membasoh seluar]K1, [lalu menjemornye di luar]K2 [dan setelah
kereng menggosoknye]K3
18. Polisi ian menangkap pencuri]K1 [Ialu memasukkannye ke penjare]K2
[dan menghukumnye]K3
C. Kalimat Majemuk Campuran Yang Terdiri Dari Deretan Berbagai-bagai
Kalimat Majemuk
Contoh-contoh kalimat majemuk ini dalam BMDDM adalah seperti berikut:
19. [Abah memanggel adek dan diberinye uang]K1, [disurohnya membeli
makanan]K2.
'Ayah memanggil adik dan memberinya uang, kemudian disuruhnya membeli
makanan.
Demikian pula dengan kalimat ketiga, kalimat ini digabungkan melalui tanda koma.
Kalimat gabungan ini digabungkan dengan kalimat ketiga (setelah mengalami
penggugran subjek). Secara keseluruhan kalimat (19) mempunyai K1 yang terdiri
dari kalimat majemuk gabungan digabungkan dengan K2. Struktur kalimat tersebut
digambarkan dalam rajah pahan seperti di bawah ini
Contah-contah lain seperti berikut :
20. [Emak membeli sayar dan dimasak]K1 [kemudian dihidangkan di meje]K2
21. [Makcik menyuruh memanggel akan dan diberi nasehat]K1
kemudian menyuruhnye pulang]K2
BABVI
KESIMPULAN
Bahasa Melayu Dialek Deli Medan (BMDDM) adalah satu di antara dialek
bahasa Melayu yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu dialek, BMDDM
memiliki ciri tersendiri berbeda dengan ciri yang dimiliki oleh dialek Melayu lainnya,
seperti Melayu dialek Jakarta misalnya.
Daerah penutur bahasa Melayu Dialek deli Medan (BMDDM) adalah kota
madya Medan , Tanjung Morawa, Percut Sungai Tuan dan Lubuk Pakam. Kajian
berbagai aspek BMDDM dapat menjadi satu usaha melestarikan bahasa daerah ini di
tempat asalnya.

Memilih Kata dan Menggunakan Ejaan

Memilih Kata dan Menggunakan Ejaan
OLEH
AHMAD FATONI

1. Kosakata
Pada dasarnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Dalam salah satu kertas kerja pada Seminar Penulisan Bahan Pengajaran Bahasa yang diadakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, telah dikemukakan betapa pentingnya peranan kosakata dalam buku pelajaran bahasa Sekolah Dasar.(Tarigan:1983). Dari pembicaraan di atas dapatlah ditarik kesimpulan (yang sekaligus dapat dijadikan pedoman bagi pembicaraan selanjutnya) sebagai berikut ini:
(i) kuantitas dan kualitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya,
(ii) perkembangan kosakata adalah merupakan perkembangan konseptual ; merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan,
(iii) semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan konseptual,
(iv) suatu program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan bawaan, dan status sosial,
(v) faktor-faktor geografis juga turut mempengaruhi proses perkembangan kosakata,
(vi) seperti halnya juga dalam proses membaca yang membimbing seseoran dari yang telah diketahui kea rah yang belum atau tidak diketahui, maka telaah kosakata yang efektif pun haruslah beranjak dengan arah yang sama.


1.1 Kosakata Dasar
Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Yang termasuk dalam kosakata dasar ini meliputi:
a) istilah kekerabatan, misalnya : ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, mertua.
b) nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dahu, bahu, tangan, pinggang, telapak, betis, kaki, paha, darah, napas.
c) kata ganti (diri, penunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana.
d) kata bilangan pokok, misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, seratus, seribu, dua juta.
e) kata kerja pokok, misalnya: makan, minum, tidur, berbixara, mendengar, melihat, menangkap, lari, berjalan, mengambil.
f) kata keadaan pokok, misalnya: suka, duka, senang, kotor, bersih, besar, banyak, lambat, cepat, malam, rajin, hidup, mati, haus, lapar, jauh, kaya, tua, susah.
g) benda-benda universal, misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, tumbuh-tumbuhan. (Tarigan, 1983:9-10).

1.2 Kosakata dan Kehidupan
Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama manusia dari makhluk lainnya di dunia ini. Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikatif.
Berbicara mengenai fungsi bahasa, maka buku berjudul “Explorations in the Function of Language” (1973) karya Halliday mau tak mau harus kita bahas. Dalam buku itu, Halliday menemukan tujuh fungsi bahasa, yaitu:
(1) fungsi instrumental (the instrumental function)
(2) fungsi regulasi (the regulatory function)
(3) fungsi representasional (the representational function)
(4) fungsi interaksional (the interactional function)
(5) fungsi personal (the personal function)
(6) fungsi heuristik (the heuristic function)
(7) fungsi imajinatif (the imaginative function)
Perlu kita camkan benar-benar bahwa ketujuh fungsi bahasa tersebut saling mengisi, saling menunjang satu sama lain, bukan saling membedakan (Brown, 1980:194-195).
Bahasa kian berfungsi kepada kita apabila keterampilan bahasa kita kian meningkat. Keterampilan bahasa sang anak akan meningkat apabila kualitas dan kuantitas kosakatanya meningkat pula. Oleh karena itu, setiap guru bahasa harus berusaha memperkaya kosakata anak didiknya.
Bila seorang guru bisa mengatur serta melengkapi suatu program pengembangan kosakata dengan sistematis maka pada prinsipnya dia telah mengubah kehidupan para siswa. Sang guru haruslah menyadari benar bahwa pertumbuhan kosakata bukan hanya sekedar kulit atau pun bagian luar dari hidup kita, tetapi justru merupakan pusat dan inti kehidupan. Pertumbuhan kosakata dapat menuntun serta membimbing para siswa ke arah pengalaman-pengalaman yang lebih luas yang pada gilirannya menurunkan pengalaman-pengalaman baru yang lebih banyak.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tugas seorang guru bahasa memang mulia tetapi berat. Dikatakan mulia karena dapat mengubah kehidupan para siswa, dikatakan berat karena perubahan itu haruslah menuju kehidupan yang lebih baik. Itulah sebabnya di samping kuantitas, sang guru juga harus memperhatikan kualitas koakata yang akan diajarkan kepada siswa, agar perubahan kehidupan mereka menuju arah yang lebih baik dan mulia.

2. Kata dan Istilah
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan /dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapakan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu dan memberikan suatu pengertian.

2.1. Sumber Istilah dan Kata Nama
a. Kosakata Bahasa Idonesia
Kata Nama Istilah
Bumi Siliwangi apotek hidup
Kota Bunga daya angkut
Kota Udang garis lintang
Taman Mekar Sari taman burung
Taman Mini Indonesia taman laut
wisata bahari
karang
menara
permata

b. Kosakata Bahasa Serumpun
Asing Bahasa Serumpun
peat gambut
pain nyeri
lead timbel
list senarai
discharge luah
device gawai



c. Kosakata Bahasa Asing
Kosakata asing dapat dijadikan sumber peristilahan Indonesia jika tidak ditemukan padanan dalam bahasa Indonesia atau bahasa serumpun. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan, menyerap, atau menyerap dan sekaligus menerjemahkan istilah asing.
(1) Istilah Terjemahan
Asing Indonesia
medication pengobatan
network jaringan
brother-in-law ipar laki-laki
(2) Istilah Serapan (penyesuaian ejaan dan lafal)
Asing Indonesia
agent agen
energy energi
mall mal
management manajemen
(3) Istilah Serapan Terjemahan
Asing Indonesia
bound morpheme morfem terikat
subdivision subbagian
playground taman (ber)main
supermarket pasar swalayan
(4) Istilah Internasional
Asing Indonesia
allegro moderato ‘kecepatan sedang dalam
musik’
status quo ‘keadaan yang sekarang’
ceteris paribus ‘jika hal-hal lain tetap tak
berubah’
(5) Istilah Akronim
Akronim Kepanjangan
laser ligh amplification by
stimulated emission of
radiation
radar radio detecting and ranging
sonar sound navigation ranging

2.2 Istilah yang Perlu Anda Ketahui
Demisioner : keadaan tanpa kekuasaan, misalnya cabinet yang telah mengembalikan mandat kepada kepala negara, tetapi masih melaksanakan tugas sehari-hari sambil menunggu dilantiknya kabinet baru.
Insubordinasi : (1) perlawanan atau pemberontakan terhadap atasan dalam hubungan dinas, misalnya awak kapal melawan nahkoda,
(2) keadaan membangkang atau tidak tunduk kepada perintah,
(3) pembangkangan; pendurhakaan; ketidaktaatan; ketidakpatuhan.
Kontroversial: bersifat menimbulkan perdebatan.

2.3 Info Istilah
Fit and Proper test : penelaahan atas tindak tanduk banker, direksi perusahaan, atau pihak manapun, apakah telah pernah melanggar secara sengaja peraturan yang ada.
Free fload system : sebuah kurs yang pergerakannya sangat bebas dan ditentukan sepenuhnya oleh pasar dengan segala variable yang mempengaruhinya.
Letter of intent : surat berisi kesepakatan untuk menjalankan sesuatu atas kemauan sendiri atau desakan pihak lain.

2.4 Padanan Istilah Asing yang Perlu Diketahui
Bagaimana Kita Menyerap Kata Asing?
Unsur bahasa asing yag diserap kedalam bahsa Indonesia harus mempertajam daya ungkap bahasa Indonesia dan harus memungkinkan orang menyatakan makna, konsep atau gagasan secara tepat. Penyerapan unsur bahsa asing itu harus dilakukan secara selektif, yaitu kata serapan yang dapat mengisi kerumpangan konsep dalam bahasa Indonesia untuk kepentingan pemerkayaan daya ungkap bahsa Indonesia mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Asing Indonesia
photo studio studio foto
copy service layanan fotokopi
home of fashion rumah mode
barber shop pemangkas rambut
barber and beauty salon salon pangkas dan kecantikan
carrier bag tas jinjing
carry-on bag tas serbaguna
2.5 Padanan Istilah Asing yang Perlu Diketahui
Asing Indonesia
abortion pengguguran/aborsi
dubbing sulih suara
performance kinerja
personal property harta pribadi
share broker pialang saham

2.6 Padanan Istilah yang Tepat
costumer service layanan pelanggan
best seller pelaris
benefit keuntungan
door prize hadiah
desert hidangan penutup/pencuci mulut
food court pusat jajan
vacuum cleaner penghisap debu
vegetarian nabatian

3. Kata Baku dan Tidak Baku
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah.
Sebenarnya, apakah definisi atau pengertian kata baku dan kata tidak baku? kata baku adalah adalah kata yang benar yang sesuai dengtan ejaan yang disempurnakan, sedangkan kata tidak baku adalah kata yang tidak benar atau kata yang salah, dimana tidak sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan.
Bagaimana untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku? Cukup dengan membuka buku kamus bahasa indonesia yang terkenal baik yang dikarang oleh yang baik pula sebagai referensi. Contoh Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

3.1 Kata Baku Kata Tidak Baku
aerobik erobik
antre antri
atlet atlit
doa do’a
februari pebruari
frekuensi frekwensi
gubuk gubug
hadis hadist
izin ijin
insaf insyaf
jadwal jadual
jumat jum’at
kompleks komplek
konkret kongkrit
kualitas kwalitas
kuantitas kwantitas
misi missi
nomor nomer
objek obyek
prangko perangko
ramai rame
sutera sutra
teknik tehnik
tenteram tentram
wasalam wassalam
zaman jaman
ziarah jiarah

Dalam bahasa Indonesia ada jenis kata yang diserap dari bahasa sansekerta. Salah satu diantaranya adalah kata bilangan., misalnya,eka, dwi, tri, catur, panca, sapta, dan dasa yang bermakna, ‘satu’, ‘dua’, ‘tiga’, ‘empat’, ‘lima’, ‘tujuh’, dan ‘sepuluh’.
Berbeda dengan kata bilangan dalam bahasa Indonesia, kata bilangan yang disrap dari bahsa sansekerta dalam bahsa Indonesia merupakan unsur terikat. Yaitu unsur yang dapat digabung dengan unsur lain. Sebagai unsur terikat, seperti halnya unsur terikat yang lain, penulisan kata bilangan ini dirangkai dengan unsur yang menyertainya.


Baku Tidak Baku

Eka-  ekasuku eka suku
Dwi-  dwifungsi dwi fungsi
dwiwarna dwi warna
Tri-  tridarma tri darma
tritunggal tri tunggal
Catur-  caturwarga catur warga
caturwulan catur wulan
Panca-  pancasila panca sila
Swa-  swasembada swa sembada
swalayan swa layan
Adi-  adikuasa adi kuasa
adibusana adi busana
Manca-  mancanegara manca negara
Nara-  narapidana nara pidana
narasumber nara sumber

4. Kata Asli dan Kata Serapan
4.1 Kata Asli
Kata asli merupakan kata yang berkembang dari perbendaharaan asli suatu bahasa dan bukan pinjaman.
Contoh :
Adikara : (yang) berkuasa; dengan kekuasaan (secara diktator); dictator; kekuasaan; kewibawaan
Adikodrat : yang melebihi atau di luar kodrat alam
Anjangkarya : berkunjung atau perkunjungan ke salah satu tempat sambil menjalankan tugas ( biasanya dilaksanakan oleh pejabat pemerintah )
Awa : unsur terikat untuk menyatakan hilang; misalnya awahama, mengawahamakan, membersihkan diri dari penyakit
Ayom, mengayomi : melindungi; Pengayoman; perlindungan, lindungan
Bonsai : tumbuhan atau perdu yang tumbuh menjadi sangat kerdil yang diperoleh dengan menanamnya dalam pot melelui cara terntentu
Ejawantah, mengejawantah: penjelmaan; pernyataan; manifestasi; perwujudan atau materialisasi dari suatu posisi, kondisi, situasi, dan kekuasaan
Pakar : ( orang ) ahli, ( orang ) pandai-pandai
Ranah : domain
Warakawuri : wanita yang menjanda karena kematian suaminya

4.2 Kata Serapan
Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacana atau kalimat bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap bahasa yang kurang positif, kurang bangga dengan bahasa Indonesia yang sebenarnya tidak terjadi. Sebagai bangsa Indonesia kita harus merasa bangga terhadap bahasa Indonesia, oleh karena itu agar tidak mengurangi nilai kebakuan bahsa Indonesia yang digunakaannya , unsur-unsur bahasa asing tidak perlu digunakan dalam pemakaina bahasa Indonesia. Langkah yang dapat kita lakukan adalah mencarikan padanan dalam bahasa Indonesia atau menyerap unsur asing itu sesuai dengan kaidah yang berlaku, seperti yang diatur dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Asing Indonesia
Airport Bandar udara ( bandara )
Amandement amandemen
Babby-sitter pramusiwi
Catering jasa boga
Customer pelanggan
Department store toko serba ada
Fast food makanan siap saji
Guide pemandu
Impact dampak
Referendum referendum
Supermarket pasar swalayan
Superpower adikuasa
Supervisor penyelia
Take off lepas landas


Daftar pustaka

Pamungkas. 1972. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya : Giri Surya.
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung : Pustaka Prima.